Thursday, September 25, 2014

23rd Wonderful Journey

Sebuah Catatan tentang Masa Kecil

Kamis, 25 September 2014
Hari ini tepat 23 tahun aku dilahirkan ke dunia yang indah dan fana ini. Menikmati hiruk pikuknya, tenggelam di dalam keriuhannya. Sesekali sepertinya aku perlu merenung, mengucap syukur atas segalanya. Atas perjalanan selama 23 tahun yang sangat luar biasa menakjubkan.

Waktu itu, katanya sih tanggal 25 September 1991, hari Rabu Legi, untuk pertama kalinya aku menghirup udara. Aku dilahirkan di rumahku sendiri dengan bantuan mbah dukun.  Aku tak ingat lagi rasanya keluar dari rahim ibu, walaupun mungkin ibu sendiri masih ingat sakitnya saat mengeluarkan aku. Aku dirawat dan dibesarkan di bawah cahaya senthir dan gelek. Katanya sih, setiap subuh aku diajak jalan-jalan oleh ibu, melihat indahnya cahaya bulan dan bintang, menyusuri tepi sungai dan kadang-kadang sampai ke sawah yang tak jauh dari rumah. Betapa segarnya udara saat itu, betapa damainya aku di pelukan ibu.

Tidak banyak cerita selama pertumbuhanku di usia 1-3 tahun, foto pun tak ada. Mungkin biasa-biasa saja. Beberapa orang bilang, waktu kecil aku sangat pemalu, atau lebih tepatnya penakut, apalagi kalau ketemu orang baru. Barulah setelah berumur 3-4 tahun, aku sedikit ingat tentang diriku sendiri. Aku ingat waktu itu, aku lebih nge-fans pada ayahku daripada ibu. Sebagai anak kecil, aku melihat ibuku lebih pendiam dan lebih galak, ini ga boleh, itu ga boleh. dan aku melihat ayahku sebagai sosok yang lebih luwes, menyenangkan. Ayahku juga sering memberikan oleh-oleh sehabis pulang kerja dan aku merindukan oleh-oleh seperti gambar ini..



Masa TK, masa-masa penuh bully
Memasuki usia 5 tahun, aku masuk TK, bersama 2 sahabat kecilku, namanya Ika dan Arif, walaupun mereka kadang sedikit nakal padaku (korban bully dari kecil :D). Aku masih penakut, dan oleh karenanya aku juga jadi bahan bullian teman-temanku yang lain. Pernah aku diayun di perahu kayu mainan sampai terguling. Aku hanya bisa…menangis. haha. Di dalam kelas, aku pun sangat pendiam dan pemalu. Aku akan menuruti semua perintah Ibu Guru dan juga perintah teman-temanku. haha

Masa kecilku yang seru baru dimulai
Seru?  Ya, bisa dibilang begitu. Bukan karena aku punya boneka Barbie atau boneka yang lainnya, bukan. Bahkan dulu aku tidak tau apa itu Barbie. Bukan juga karena main PS, listrik saja tidak ada. Walaupun di TK masa kecilku agak sedikit mengenaskan, secara keseluruhan masa kecilku tidak seburuk itu, bahkan bisa dikatakan sangat bahagia. Banyak petualangan-petualangan masa kecil yang sangat seru. Bahkan aku sendiri tidak percaya kalau aku sudah melakukanya. Bersama sahabat kecilku, aku sering beraksi tanpa batas karena kami bukan seperti anak kecil pada umumnya. Begini ceritanya

      1.   Cita-citaku yang pertama adalah ingin jadi POLWAN dan yang kedua adalah jadi ATLET
Ketika ditanya cita-cita, aku sempat bingung, sempat tak mengerti mau jadi apa aku kalau besar nanti. Karena terus didesak, akhirnya aku menjawab menjadi Polwan, padahal aku belum pernah bertemu Polwan, tidak paham juga seluk beluk Polwan. Inspirasiku berasal dari boneka-boneka peraga yang ada di TK. Polwan tampak berwibawa, tapi ia tetap cantik. Yah, namanya juga boneka. haha. Beberapa tahun kemudian, cita-citaku menjadi Polwan mulai luntur, mengingat fisik yang tidak memenuhi standar Polwan. Aku mulai mempunyai cita-cita baru, yaitu menjadi atlet, karena aku merasa cukup gesit dan lincah di dalam olahraga. Apa daya, orang-orang di sekitarku tidak sadar akan itu dan akhirnya tidak ada dukungan serta arahan. Cita-citaku yang kedua juga kandas di tengah jalan. Lalu sekarang apa cita-citaku? Ah, entahlah arah hidupku jadi blur. Tiba-tiba takdir membawaku ke saat ini, saat yang penuh kegamangan dan kegalauan. Semoga saja Tuhan segera menunjukkan jalan.

      2.       Makanan favoritku  : intip, nasi krawu, sambel gepeng
Aku yakin banyak yang tidak tau, atau tidak doyan makanan ini, tapi makanan ini sangat aku sukai. Intip adalah kerak nasi. Dari jaman dahulu, keluargaku selalu “ngliwet” nasi menggunakan ketel dengan bahan bakar kayu/daun. Jelas, karena magic com dan kompor gas belum sampai ke desaku. Karena api yang menyala tidak stabil, dan cenderung besar, maka gosonglah nasi di dalam ketel. Setelah nasi yang normal dipindahkan dari ketel, tersisalah kerak nasi yang disebut intip. Intip ini kemudian disiram dengan kuah sayur lodeh sehingga mudah terlepas dari ketel. Rasanya luar biasa. Mitos yang mengatakan bahwa intip membuat anak manjadi bodoh tidak aku hiraukan.
Makanan yang kedua adalah nasi krawu. Nasi krawu adalah istilah yang aku pakai untuk nasi yang dicampur dengan parutan kelapa. Parutan kelapa tersebut terlebih dahulu dibumbui dengan bawang dan garam, kemudian dicampur dengan nasi putih. Walaupun sederhana, entah mengapa, dulu aku suka banget sama makanan ini.
Sambel gepeng, hehe. Ada yang tau mungkin?  ini adalah lauk favorit waktu kecil. Cara membuatnya cukup mudah. Segenggam kedelai digoreng hingga matang kemudian kedelai, bawang putih dan garam dihaluskan. Mak nyussss..

      3.       Belajar pakai lampu senthir
Percaya tidak percaya, sejak SD-SMP rumahku belum ada listrik. Malam hari akan sangat redup, sedangkan siang hari sangat terbatas. Aku terpaksa belajar dengan penerangan seadanya, yaitu lampu senthir, lampu berbahan bakar minyak tanah dilengkapi sumbu kain, yang cahayanya pun tak melampaui cahaya lilin. Aku tidak boleh terlena ketika belajar karena banyak resikonya. Resiko yang paling besar adalah tumpahnya lampu, berbahaya, bisa berakibat kebakaran. Aku harus pandai mengatur jarakku dengan lampu. Jika terlalu jauh, tulisan tidak akan terlihat dan jika terlalu dekat, rambutku akan sering terbakar, dan yang kedua ini sering terjadi. haha.
lampu senthir

      4.       Pernahkah kamu memakai setrika arang?
Setrika arang sekarang sudah menjadi barang langka, bahkan lama-lama jadi barang antik. Setrika ini terbuat dari logam semacam  campuran besi dan kuningan.Bentuknya mirip dengan setrika listrik pada umunya, hanya bedanya ia dapat dibuka dan berongga, tentu saja untuk tempat pembakaran arangnya. Perjuangan menggunakan setrika ini sangat keras. Aku harus menghidupkan bara api, hingga sebagian arang terbakar. Resiko bau minyak tanah, tercoreng arang, tersulut setrika sangat mengancam keselamatanku dan bajuku. Panasnya pun tidak bisa diatur, bisa tiba-tiba turun sehingga harus ditambah arang dan dikipasi lagi. Keringat pasti bercucuran karena pancaran panas yang tinggi dari setrika. Percaya atau tidak, seminggu sekali aku harus menyetrika seragam sekolahku dengan setrika ini.

setrika arang

      5.       Tiap hari nonton TV bareng sama tetangga
Ini adalah sweet moment yang berkesan sampai sekarang. Walaupun di rumah belum ada listrik, aku rela menggedor pintu tetangga untuk sekedar menonton doraemon, dragonball, tralala trilili, sailormoon, hingga sinetron Tersanjung dan Tersayang. Memang rasanya tak sebebas kalau nonton TV sendiri, tapi ya apa boleh buat. Aku juga tak mau melewatkan masa kecilku dalam gelapnya malam. Saat pulang dari nonton TV di malam hari, aku berlari kencang karena takut, karena rumahku dikelilingi kebun yang luas dan gelap. haha.

      6.       Tiap hari main sama teman-teman sekampung
Banyak permainan yang aku mainkan, dan sering aku merindukan momen-momen ini. Bermain bola bekel seolah sudah menjadi tren waktu SD. Skill yang aku punya dalam permainan ini lumayan bagus. Permainan Gatheng juga tidak kalah menarik. Permainan ini mirip dengan bola bekel, bedanya yang digunakan adalah kerikil yang hampir sama ukurannya. Permainan ini, hemat, ekonomis, dan membuat tanganku sakit (saking seringnya aku berlatih).  Bermain kasti, layang-layang, kejar-kejaran, petak umpet, sundamanda, boy-boyan, gobag sodor, egrang, dan kelereng sudah menjadi makanan sehari-hari. Setiap malam aku merasa sangat lelah karena aku terlalu bersemangat bermain. Menyenangkan!

egrang


      7.       Anak yang cengeng dan penakut
Di balik kerianganku sebagai anak kecil, mungkin aku adalah anak tercengeng yang pernah ada di dunia ini. Suatu hal kecil yang sebenarnya tidak membuat anak lain menangis pun, akhirnya bisa membuat aku menangis. Pernah suatu hari aku pipis di kelas, karena aku tidak berani minta izin ke Bu Guru. Yang lebih keterlaluan lagi, pada saat upacara bendera. Seperti biasa, Bu Guru mengatur barisan. Aku berdiri di baris paling belakang, dan di sampingku tidak ada orang. Saat itu, aku merasa dikucilkan dan aku menangis sesenggukan. Aku tak habis pikir. Yang lebih parah lagi, cuma gara-gara di-cieee-in karena aku pakai tas baru, bisa-bisanya aku menangis. Mungkin ada yang salah dengan jiwaku hahaha.

     8.       Suka berburu dan menangkap hewan-hewan tak berdosa seperti laron, capung, kupu-kupu,  dan kunang-kunang
Pagi hari sehabis hujan, bau tanah segar membangunkanku. Pagiku disambut oleh kepakan 4 sayap para laron yang keluar dari tempat persembunyiannya. Perburuan laron pun dimulai. Bermodalkan plastik dan tangan kosong aku pun mulai berkejaran dengan laron-laron itu. Aku berlari-lari hingga ke kebun tetangga, ke jalan, demi mendapatkan segenggam laron. Setelah terkumpul, laron-laron itu pun digoreng untuk santapan pagi. Lezat dan Bergizi! :D
Capung dan kupu-kupu juga sering menjadi target incaran perburuan. Hewan-hewan ini tentu tidak untuk dimakan, tetapi untuk dinikmati keindahannya. Biasanya sih, aku membuat alat penangkap dari plastik dan kayu. Jika sudah tertangkap, hewan ini aku masukkan ke dalam plastik/botol, aku lihat hingga akhirnya mereka mati. haha. jahat ya? Kunang-kunang menjadi target perburuan di malam hari. Hewan ini sangat menarik, apalagi untuk anak kecil. Kunang-kunang ini pada akhirnya bernasib sama seperti capung dan kupu-kupu.

      9.       Aku suka membaca buku
Ada saatnya aku punya hobi baru, membaca buku, terutama novel dan cerita rakyat. Aku menerapkan model membaca cepat sehingga dalam satu hari aku bisa membaca 3-5 buku. Karena itu pula, bacaan yang aku baca juga hanya numpang lewat sesaat saja di kepalaku dan sekarang aku tak ingat lagi isi buku-buku itu.

      10.   Karaoke lagu campursari
Suaraku memang tidak bagus, bahkan aku tak tau nada. Ah, lupakan. Yang penting gembira. Tanpa dosa aku dan sahabatku dulu suka menyanyikan lagu-lagu campursari yang diputar di radio atau tape recorder. Penyanyi favorit kami dulu adalah Didi Kempot dan Manthous. Beberapa lagunya masih aku ingat sampai sekarang. haha.

      11.   Bergelut dengan melinjo
Di sekitar rumahku, ada banyak pepohonan, termasuk pohon melinjo yang punya nama latin Gnetum gnemon. Saking seringnya melihat pohon ini, aku sampai hafal setiap bagian dan setiap lapis pohon ini.  Setiap hari ibu dan tetanggaku juga selalu mengupas buah melinjo. Ya, upahnya lumayan untuk mendapat sesuap nasi, walaupun upahnya tidak sebanding dengan perjuangannya. Harga jual melinjo lumayan tinggi. Tak heran, jika dulu aku dan adikku, bangun subuh-subuh,  menerobos pagar tetangga, mencari melinjo yang jatuh dari pohon dan hasilnya nanti dijual sekedar untuk jajan. Entah ini termasuk kasus pencurian atau tidak, tapi hampir tiap hari, pas musim melinjo, aku melakukan aktivitas ini.

      12.   Aku suka mandi di sungai
Sebuah sungai cukup besar  dan arus yang cukup deras ada di dekat rumahku. Airnya sudah tak jernih lagi, kadang malah menyerupai susu coklat karena buangan sampah dan limbah. Bahkan seringkali baunya sedikit menusuk, karena limbah dari pabrik gula madukismo. Aku tak peduli berapa banyak bakteri yang ada disitu, berapa banyak racun kimia dan logam beratnya, aku tak peduli walaupun sudah dilarang oleh orang tua, tetap saja aku dan sahabatku nyebur ke sungai, hampir setiap sore. Namanya juga anak kecil berkebutuhan khusus. haha. Tak jarang kami berdua rela mengangkat batang pohon pisang ke jembatan, lalu akan kami anggap itu sebagai kapal, dan kami naiki batang pisang itu hingga ke samping rumah. Pernah pula aku hanyut ke sungai, mungkin dulu salah fokus dan kebetulan alirannya agak deras. Untunglah waktu itu ada tetangga yang melihat dan akhirnya menolongku. Aku bersyukur  Tuhan masih sayang padaku. Aktivitasku di sungai tidak berhenti sampai disitu. Kadang kala, aliran sungai sengaja dikecilkan, kemudian potas (Potasium Sianida) disebar ke dalam sungai. Potas ini dalam kadar tertentu akan membuat ikan dan udang mabuk sehingga mudah ditangkap. Saat itulah, orang-orang sekampung beraksi menangkap ikan dan udang, tak terkecuali aku. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jaring atau besek. Waktu itu aku tidak tahu kalo ternyata potas seberbahaya ini http://jaringanmonitoringkepulauanseribu.blogspot.com/2013/07/potasium-cyanide-potas.html   

      13.   Menghabiskan waktu bersama sahabat kecil
Rindu rasa ini, rindu rasa ingin bertemu dengan sahabat kecilku ini. Dia sekarang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai seorang putra. (aku kapan? :D). Banyak hal-hal manis yang kami lakukan. Bermain rumah-rumahan dan masak-masakan merupakan jenis permainan yang sedikit rempong dan melelahkan. Kami akan membuat sebuah gubuk kecil di samping rumah, berbahan anyaman daun kelapa, karung beras atau, daun pisang, atau apapun yang ada disitu. Kami menggelar tikar di dalamnya kemudian kami tidur. Untuk masak-masakan, kami terlebih dulu mengumpulkan kayu bakar, sedikit minyak tanah, korek api,  batu bata dan genting sebagai tungku. Bahan yang kami masak adalah adonan tanah, bercampur dedaunan dan bunga-bunga yang ada di sekitar rumah. Tak jarang kami dimarahi tetangga karena ketahuan memetik bunga/daun yang ada di halaman rumah. Tak jarang pula kami dimarahi orang tua karena membuat kepulan asap dan membuat kotor . haha.

Kalau kami bosan bermain di luar rumah, kami tak kehabisan akal. Kami akan bermain dandan-dandanan dan guru-guruan. Sebagai perempuan, tentu kami berdua juga menjadi pengamat orang-orang dewasa saat berdandan. Bermodalkan lipstick dan bedak punya orangtua kami sering mencorat-coret wajah kami dengan kedua kosmetik itu. Dan biasanya, ujung-ujungnya kami diketawain sama orang-orang, bahkan mungkin sama ayam. :D. Sweet moment yang lain adalah saat kami mengerjakan PR bareng-bareng. Kalau sudah selesai, kadang kami berakting layaknya guru dan murid, seringnya sih aku yang jadi guru karena aku lebih dulu masuk SD daripada sahabatku ini. Rindunya semakin dalam jika ingat peristiwa-peristiwa ini

     14.   Aku suka main di sawah
Orangtuaku adalah petani kecil dan tentu saja hidupku tak jauh dari sawah. Aku suka berlari-lari di pematang sawah, aku suka membantu orangtuaku menanam padi dan kedelai, memanen padi. Aku tak takut kulitku menjadi hitam, dan hasilnya sekarang, kulitku sudah hitam stabil. haha. Aku sering mencari buah ciplukan jika musim panen kedelai. Rasa buah ini manis dan sedikit wangi.

      15.   Suka bersepeda dan mengambil tebu di sawah orang tanpa izin
Karena kurangnya kontrol oleh orang tua kami, aku dan sahabatku sering bersepeda hingga jauh. Jalan-jalan menantang banyak kita lalui, bahkan gara-gara tidak hati-hati, kami berdua jatuh ke sungai. Dari aktivitas bersepeda itu pula, akhirnya kami menemukan titik-titik persawahan yang ditanami tebu dan potensial untuk kami dalam melancarkan aksi. Keesokan paginya, kami bersiap-siap, bermodalkan sepeda kecil, sebuah pisau, dan seutas tali raffia, kami berboncengan menuju tempat yang kami incar. Setelah melihat keadaan sekeliling aman, kami segera menebangi tebu yang bagus dan matang. Kadang-kadang kami juga ketahuan oleh mandor yang sedang ada di sawah, dan kalau sudah begitu, kami sebaiknya pergi dan mencari lokasi lain. Sekitar 10-15 batang tebu selalu kami bawa pulang dalam sekali perjalanan. Beban tersebut lumayan berat untuk ukuran anak kecil seperti kami. Sesampai dirumah, kami makan tebu haram tersebut sampai mulut pegel. haha.

      16.   Suka lari pagi dan bermain bulutangkis, tapi nangkisnya pakai piring
Kegiatan ini biasanya aku lakukan ketika bulan puasa atau ketika sekolah libur. Sehabis subuhan, aku bersama teman-teman akan lari pagi hingga radius sekitar 1,5 km dari rumah. Setelah itu, biasanya kami bermain bulutangkis. Pada waktu itu, uang saku kami hanya cukup untuk membeli shuttle kok saja. Dengan sangat terpaksa, kami tidak menggunakan raket bermain, tapi kami menggunakan piring makan dari besi, dan net yang kami anyam dari tali raffia. haha. tak apalah, kami sudah cukup gembira waktu itu.

inilah piring pengganti raket :D

      17.   Pantai, pantai, dan pantai!
Jarak 10 km dari pantai, tidak menyurutkan langkahku dan sahabatku untuk berpetualang di pantai-pantai terdekat hingga pantai Parangtritis. Bermodalkan sarapan dan sebuah sepeda, kami berdua menyusuri pantai, dan mandi di tepinya. Kami tak takut jalan yang terjal, kami tak takut sengatan sinar mentari, kami juga tak takut kelelahan. Semua terobati ketika kami sudah melihat deburan ombak yang  kemudian menyapu wajah kami. Sensasinya sungguh luar biasa J

      18.   Belajar bela diri, pohon pisang jadi korban
Aku bercita-cita menjadi atlet, dan oleh karena itu aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, yaitu Pencak Silat Perisai Diri. Saking semangatnya, latihan di sekolah pun aku rasa tidak cukup. Aku mencoba berlatih di rumah. Pada akhirnya aku menemukan target yang sangat ideal, yaitu pohon pisang. haha. Pohon pisang di samping rumah aku pukuli dan aku tendangi untuk memperkuat pukulan tangan dan tendanganku. Alhasil, pohon pisang itu memar-memar, namun masih tetap hidup. Maafkan aku pohon :D

     19.   Suka melompat pagar SD
Lonceng istirahat berbunyi, seperti biasa para murid berhamburan keluar kelas. Beruntunglah, rumahku terletak di pojok belakang SD. Ada jalan pintas yang biasa aku lewati yaitu, lompat pagar. haha. Aku biasa pulang unuk makan di rumah atau mengambil barang yang tertinggal, atau mungkin sekedar leyeh-leyeh mengistirahatkan badan. Sayang sekali sekarang pagar SD itu telah dipertinggi untuk memelihara ketertiban, kenyamanan, dan keamanan para siswa.
   
      20.   Berkreasi dengan janur kuning dan bambu
Sesekali di desaku ada acara hajatan pernikahan. Janur kuning pun dilengkungkan. Pada saat-saat seperti inilah, aku diajari untuk berkreasi membuat mainan dari janur. Berbagai macam benda seperti cambuk, keris, ketupat, gelang, ulat dan bentuk-bentuk lain pernah aku buat dari janur kuning.

salah satu hasil prakarya masa kecil

Selain kreasi dari janur, aku juga sering membuat pistol bambu. Pistol ini terbuat dari bamboo yang diameternya masih sekitar 1-2 cm. Peluru yang digunakan adalah bunga jambu yang belum mekar. Aku dan teman-teman selalu bermain dengan pistol ini jika musim pohon jambu berbunga. Layaknya tentara yang sedang berperang, kami harus menghindari tembakan lawan. Dalam permainan ini, para pemain harus hati-hati karena jika terkena tembakan rasanya lumayan sakit. Tapi ya namanya anak kecil, kami tetap “Wani perih” :D


    21.   Melakukan hal-hal bodoh seperti : menyiram tanaman dengan minyak kayu putih, mencari recehan dan karcis retribusi di pasar, mengejar gerobak sapi
Ah, entahlah ini imajinasi dari mana. Mungkin ini adalah hal-hal konyol yang tak bisa dinalar. Dulu aku berpikir bahwa jika tanaman disiram dengan minyak kayu putih dan disertai dengan doa, tanaman tersebut akan mengeluarkan bau harum. Semua terjadi begitu saja. Aku juga sedikit tak percaya aku pernah melakukan ini.
Perilaku konyol yang kedua adalah mencari recehan dan karcis retribusi di pasar tradisional. Begitu pasar sepi aku dan sahabatku pergi ke pasar, mencari peruntungan, siapa tahu kami menemukan sedikit recehan untuk tambahan uang jajan. Maklum waktu itu masih jaman perjuangan. Beberapa kali kami memang menemukan uang, tak lebih dari seribu dan kami sangat senang usaha kami tidak sia-sia. Tapi toh kalo ternyata kami tidak menemukan uang, kami akan membawa karcis retribusi pasar yang juga kami kumpulkan untuk kami jadikan uang-uangan. haha.
Perilaku tak berguna yang terakhir adalah mengejar gerobak sapi yang sedang lewat di samping rumah. Hasrat kami akan terpuaskan jika kami dapat menyentuh gerobak itu, atau kalau bisa malah sampai naik gerobaknya. Untung jaman dulu tidak ada kasus culik menculik anak. Kalau ada mungkin kami sudah diculik dan entah sekarang ada dimana.


Masa kecil, masa kecil yang seru dan agak cacat. Aku rindu. Masih banyak yang ingin aku tulis, tapi aku terlalu malu untuk menulisnya. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, untuk sahabat kecil dan teman-teman kecilku, yang telah memberikan pengalaman yang begitu menakjubkan. Aku memohon maaf, untuk semua yang mengenalku, untuk semua yang pernah bertemu denganku, jika aku masih membawa kecacatan masa kecilku saat bersamamu dan untuk semua karakterku, hasil bentukan masa kecil yang telah mendarah daging, yang mungkin pernah menyakiti dan menyinggungmu.

Sekarang, di tahun ke-23 ini akan aku tulis kisahku lembar baru. Biarkan beberapa yang suram itu terhapus oleh waktu. Biarkan kini diriku menatap ke depan, menatap jalanku yang terbuka lebar, menjalani hari-hariku yang penuh impian :)

Monday, September 1, 2014

Parodi : Layaknya Bermain Biliard

Billiard dan nyari kerja : sama-sama ada seninya

BILIARD. Ya, baru-baru ini saya gemar melakukannya. Lagi-lagi karena keseloan saya. Bukan itu saja sih, beberapa teman ternyata juga suka bermain billiard. Ya ini yang namanya “tumbu oleh tutup” mungkin ya. Awalnya cuma sekedar coba-coba saja, lama-lama kok ya saya malah semakin tertantang. Duh, selo banget ya saya. Posisi saya sekarang memang sedang dalam proses mencari pekerjaan, melamar sana-sini, menunggu panggilan. Saya masih fresh graduate, walaupun sudah ngga fresh-fresh banget.

Saya sudah memasukkan lamaran ke banyak perusahaan tapi sejauh ini belum ada panggilan, layaknya bermain billiard, saya sudah memukul banyak bola. tapi kok ya ngga masuk-masuk bolanya, padahal ada 6 lubang haha. Sempat saya diajari oleh teman saya yang jago billiard itu, gimana caranya biar bola masuk dengan benar. Dia sempat menjelaskan, bagi seorang pemula, arahkan bola ke lubang termudah  agar kemungkinan bolanya masuk besar. yang perlu diperhatikan adalah lubang yang termudah, belum tentu yang terdekat. Jika lubang di meja billiard itu saya umpamakan sebagai lowongan kerja, maka carilah lowongan kerja yang termudah, dan yang termudah belum tentu yang terdekat. Maksudnya apa? Lowongan kerja untuk bulan-bulan ini memang lumayan banyak. Alangkah baiknya kalo kita memilih lowongan yang kemungkinan besar kita bisa diterima. yaitu yang sesuai kualifikasi pendidikan kita, yang sesuai dengan keterampilan kita dan sayangnya sering yang demikian itu biasanya jauh dari tempat tinggal kita. Bikin galau saja. haha.


Sama kayak bermain billiard, nyari kerja juga ada seninya. Berbagai macam aspek harus diperhatikan. Seperti gambar ini. Setiap titik dalam tubuh kita (posisi kaki, tangan, mata) dan posisi stick, akan mempengaruhi larinya si bola. Nyari kerja juga sama, surat lamaran, cv, dokumen-dokumen, dan setiap aspek dari diri kita juga akan menjadi bahan pertimbangan apakah kita akan diterima atau tidak. 


Selain hal-hal teknis seperti di atas, bermain billiard juga membutuhkan kekuatan mental dan strategi yang bagus. Intinya jangan takut jika bola tidak masuk. Toh kalo bola tidak masuk seenggaknya kita sudah memindahkan bola ke tempat lain, artinya kita masih punya kesempatan. Yakinlah dengan sudut bidik kita. Semakin sering takut maka kecemasan akan terjadi dan sering hal ini menyebabkan konsentrasi hilang. Begitu juga nyari kerja, jangan takut kalau ditolak sama perusahaan, jangan cemas. Masih banyak lubang-lubang dan bola-bola yang lain. Mungkin kita belum sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan, mungkin ada sesuatu hal yang kurang dalam proses kita melamar, atau mungkin kita belum beruntung. Mungkin bidikan kita sudah tepat, tetapi ternyata ada bola lain yang menghalangi perjalanan bola kita.


Dalam billiard, kita dituntut untuk berlatih seperti bertanding dan bertanding seperti berlatih. Dengan mental atau sikap kebiasaan ini maka kita akan terbiasa dengan sikap santai tapi serius dan sebaliknya. Sama, dalam mencari kerja, biar tidak stress baiknya kita bersikap santai tapi serius. Kadang-kadang santai, kadang-kadang serius.haha. Kita harus sabar, teliti, dan konsentrasi. Jangan pernah menganggap remeh bola gampang ataupun lawan kita meskipun di bawah kita. Jangan pernah kesal, kecewa / frustasi dengan keadaan bola dan sikap lawan. Biarkan saja mengalir apa adanya. Tetap semangat. Yang paling penting sebelum memulai pertandingan adalah berdoa.

Ah, apalah saya ini, belum dapet kerja aja uda berani-beraninya nulis kayak gitu. Tapi tak apalah, paling ngga ini jadi motivasi  untuk diri saya dalam mencari kerja, agar saya bisa memasukkan bola-bola itu ke lubang yang benar. layaknya pemain billiard professional :D