Thursday, September 25, 2014

23rd Wonderful Journey

Sebuah Catatan tentang Masa Kecil

Kamis, 25 September 2014
Hari ini tepat 23 tahun aku dilahirkan ke dunia yang indah dan fana ini. Menikmati hiruk pikuknya, tenggelam di dalam keriuhannya. Sesekali sepertinya aku perlu merenung, mengucap syukur atas segalanya. Atas perjalanan selama 23 tahun yang sangat luar biasa menakjubkan.

Waktu itu, katanya sih tanggal 25 September 1991, hari Rabu Legi, untuk pertama kalinya aku menghirup udara. Aku dilahirkan di rumahku sendiri dengan bantuan mbah dukun.  Aku tak ingat lagi rasanya keluar dari rahim ibu, walaupun mungkin ibu sendiri masih ingat sakitnya saat mengeluarkan aku. Aku dirawat dan dibesarkan di bawah cahaya senthir dan gelek. Katanya sih, setiap subuh aku diajak jalan-jalan oleh ibu, melihat indahnya cahaya bulan dan bintang, menyusuri tepi sungai dan kadang-kadang sampai ke sawah yang tak jauh dari rumah. Betapa segarnya udara saat itu, betapa damainya aku di pelukan ibu.

Tidak banyak cerita selama pertumbuhanku di usia 1-3 tahun, foto pun tak ada. Mungkin biasa-biasa saja. Beberapa orang bilang, waktu kecil aku sangat pemalu, atau lebih tepatnya penakut, apalagi kalau ketemu orang baru. Barulah setelah berumur 3-4 tahun, aku sedikit ingat tentang diriku sendiri. Aku ingat waktu itu, aku lebih nge-fans pada ayahku daripada ibu. Sebagai anak kecil, aku melihat ibuku lebih pendiam dan lebih galak, ini ga boleh, itu ga boleh. dan aku melihat ayahku sebagai sosok yang lebih luwes, menyenangkan. Ayahku juga sering memberikan oleh-oleh sehabis pulang kerja dan aku merindukan oleh-oleh seperti gambar ini..



Masa TK, masa-masa penuh bully
Memasuki usia 5 tahun, aku masuk TK, bersama 2 sahabat kecilku, namanya Ika dan Arif, walaupun mereka kadang sedikit nakal padaku (korban bully dari kecil :D). Aku masih penakut, dan oleh karenanya aku juga jadi bahan bullian teman-temanku yang lain. Pernah aku diayun di perahu kayu mainan sampai terguling. Aku hanya bisa…menangis. haha. Di dalam kelas, aku pun sangat pendiam dan pemalu. Aku akan menuruti semua perintah Ibu Guru dan juga perintah teman-temanku. haha

Masa kecilku yang seru baru dimulai
Seru?  Ya, bisa dibilang begitu. Bukan karena aku punya boneka Barbie atau boneka yang lainnya, bukan. Bahkan dulu aku tidak tau apa itu Barbie. Bukan juga karena main PS, listrik saja tidak ada. Walaupun di TK masa kecilku agak sedikit mengenaskan, secara keseluruhan masa kecilku tidak seburuk itu, bahkan bisa dikatakan sangat bahagia. Banyak petualangan-petualangan masa kecil yang sangat seru. Bahkan aku sendiri tidak percaya kalau aku sudah melakukanya. Bersama sahabat kecilku, aku sering beraksi tanpa batas karena kami bukan seperti anak kecil pada umumnya. Begini ceritanya

      1.   Cita-citaku yang pertama adalah ingin jadi POLWAN dan yang kedua adalah jadi ATLET
Ketika ditanya cita-cita, aku sempat bingung, sempat tak mengerti mau jadi apa aku kalau besar nanti. Karena terus didesak, akhirnya aku menjawab menjadi Polwan, padahal aku belum pernah bertemu Polwan, tidak paham juga seluk beluk Polwan. Inspirasiku berasal dari boneka-boneka peraga yang ada di TK. Polwan tampak berwibawa, tapi ia tetap cantik. Yah, namanya juga boneka. haha. Beberapa tahun kemudian, cita-citaku menjadi Polwan mulai luntur, mengingat fisik yang tidak memenuhi standar Polwan. Aku mulai mempunyai cita-cita baru, yaitu menjadi atlet, karena aku merasa cukup gesit dan lincah di dalam olahraga. Apa daya, orang-orang di sekitarku tidak sadar akan itu dan akhirnya tidak ada dukungan serta arahan. Cita-citaku yang kedua juga kandas di tengah jalan. Lalu sekarang apa cita-citaku? Ah, entahlah arah hidupku jadi blur. Tiba-tiba takdir membawaku ke saat ini, saat yang penuh kegamangan dan kegalauan. Semoga saja Tuhan segera menunjukkan jalan.

      2.       Makanan favoritku  : intip, nasi krawu, sambel gepeng
Aku yakin banyak yang tidak tau, atau tidak doyan makanan ini, tapi makanan ini sangat aku sukai. Intip adalah kerak nasi. Dari jaman dahulu, keluargaku selalu “ngliwet” nasi menggunakan ketel dengan bahan bakar kayu/daun. Jelas, karena magic com dan kompor gas belum sampai ke desaku. Karena api yang menyala tidak stabil, dan cenderung besar, maka gosonglah nasi di dalam ketel. Setelah nasi yang normal dipindahkan dari ketel, tersisalah kerak nasi yang disebut intip. Intip ini kemudian disiram dengan kuah sayur lodeh sehingga mudah terlepas dari ketel. Rasanya luar biasa. Mitos yang mengatakan bahwa intip membuat anak manjadi bodoh tidak aku hiraukan.
Makanan yang kedua adalah nasi krawu. Nasi krawu adalah istilah yang aku pakai untuk nasi yang dicampur dengan parutan kelapa. Parutan kelapa tersebut terlebih dahulu dibumbui dengan bawang dan garam, kemudian dicampur dengan nasi putih. Walaupun sederhana, entah mengapa, dulu aku suka banget sama makanan ini.
Sambel gepeng, hehe. Ada yang tau mungkin?  ini adalah lauk favorit waktu kecil. Cara membuatnya cukup mudah. Segenggam kedelai digoreng hingga matang kemudian kedelai, bawang putih dan garam dihaluskan. Mak nyussss..

      3.       Belajar pakai lampu senthir
Percaya tidak percaya, sejak SD-SMP rumahku belum ada listrik. Malam hari akan sangat redup, sedangkan siang hari sangat terbatas. Aku terpaksa belajar dengan penerangan seadanya, yaitu lampu senthir, lampu berbahan bakar minyak tanah dilengkapi sumbu kain, yang cahayanya pun tak melampaui cahaya lilin. Aku tidak boleh terlena ketika belajar karena banyak resikonya. Resiko yang paling besar adalah tumpahnya lampu, berbahaya, bisa berakibat kebakaran. Aku harus pandai mengatur jarakku dengan lampu. Jika terlalu jauh, tulisan tidak akan terlihat dan jika terlalu dekat, rambutku akan sering terbakar, dan yang kedua ini sering terjadi. haha.
lampu senthir

      4.       Pernahkah kamu memakai setrika arang?
Setrika arang sekarang sudah menjadi barang langka, bahkan lama-lama jadi barang antik. Setrika ini terbuat dari logam semacam  campuran besi dan kuningan.Bentuknya mirip dengan setrika listrik pada umunya, hanya bedanya ia dapat dibuka dan berongga, tentu saja untuk tempat pembakaran arangnya. Perjuangan menggunakan setrika ini sangat keras. Aku harus menghidupkan bara api, hingga sebagian arang terbakar. Resiko bau minyak tanah, tercoreng arang, tersulut setrika sangat mengancam keselamatanku dan bajuku. Panasnya pun tidak bisa diatur, bisa tiba-tiba turun sehingga harus ditambah arang dan dikipasi lagi. Keringat pasti bercucuran karena pancaran panas yang tinggi dari setrika. Percaya atau tidak, seminggu sekali aku harus menyetrika seragam sekolahku dengan setrika ini.

setrika arang

      5.       Tiap hari nonton TV bareng sama tetangga
Ini adalah sweet moment yang berkesan sampai sekarang. Walaupun di rumah belum ada listrik, aku rela menggedor pintu tetangga untuk sekedar menonton doraemon, dragonball, tralala trilili, sailormoon, hingga sinetron Tersanjung dan Tersayang. Memang rasanya tak sebebas kalau nonton TV sendiri, tapi ya apa boleh buat. Aku juga tak mau melewatkan masa kecilku dalam gelapnya malam. Saat pulang dari nonton TV di malam hari, aku berlari kencang karena takut, karena rumahku dikelilingi kebun yang luas dan gelap. haha.

      6.       Tiap hari main sama teman-teman sekampung
Banyak permainan yang aku mainkan, dan sering aku merindukan momen-momen ini. Bermain bola bekel seolah sudah menjadi tren waktu SD. Skill yang aku punya dalam permainan ini lumayan bagus. Permainan Gatheng juga tidak kalah menarik. Permainan ini mirip dengan bola bekel, bedanya yang digunakan adalah kerikil yang hampir sama ukurannya. Permainan ini, hemat, ekonomis, dan membuat tanganku sakit (saking seringnya aku berlatih).  Bermain kasti, layang-layang, kejar-kejaran, petak umpet, sundamanda, boy-boyan, gobag sodor, egrang, dan kelereng sudah menjadi makanan sehari-hari. Setiap malam aku merasa sangat lelah karena aku terlalu bersemangat bermain. Menyenangkan!

egrang


      7.       Anak yang cengeng dan penakut
Di balik kerianganku sebagai anak kecil, mungkin aku adalah anak tercengeng yang pernah ada di dunia ini. Suatu hal kecil yang sebenarnya tidak membuat anak lain menangis pun, akhirnya bisa membuat aku menangis. Pernah suatu hari aku pipis di kelas, karena aku tidak berani minta izin ke Bu Guru. Yang lebih keterlaluan lagi, pada saat upacara bendera. Seperti biasa, Bu Guru mengatur barisan. Aku berdiri di baris paling belakang, dan di sampingku tidak ada orang. Saat itu, aku merasa dikucilkan dan aku menangis sesenggukan. Aku tak habis pikir. Yang lebih parah lagi, cuma gara-gara di-cieee-in karena aku pakai tas baru, bisa-bisanya aku menangis. Mungkin ada yang salah dengan jiwaku hahaha.

     8.       Suka berburu dan menangkap hewan-hewan tak berdosa seperti laron, capung, kupu-kupu,  dan kunang-kunang
Pagi hari sehabis hujan, bau tanah segar membangunkanku. Pagiku disambut oleh kepakan 4 sayap para laron yang keluar dari tempat persembunyiannya. Perburuan laron pun dimulai. Bermodalkan plastik dan tangan kosong aku pun mulai berkejaran dengan laron-laron itu. Aku berlari-lari hingga ke kebun tetangga, ke jalan, demi mendapatkan segenggam laron. Setelah terkumpul, laron-laron itu pun digoreng untuk santapan pagi. Lezat dan Bergizi! :D
Capung dan kupu-kupu juga sering menjadi target incaran perburuan. Hewan-hewan ini tentu tidak untuk dimakan, tetapi untuk dinikmati keindahannya. Biasanya sih, aku membuat alat penangkap dari plastik dan kayu. Jika sudah tertangkap, hewan ini aku masukkan ke dalam plastik/botol, aku lihat hingga akhirnya mereka mati. haha. jahat ya? Kunang-kunang menjadi target perburuan di malam hari. Hewan ini sangat menarik, apalagi untuk anak kecil. Kunang-kunang ini pada akhirnya bernasib sama seperti capung dan kupu-kupu.

      9.       Aku suka membaca buku
Ada saatnya aku punya hobi baru, membaca buku, terutama novel dan cerita rakyat. Aku menerapkan model membaca cepat sehingga dalam satu hari aku bisa membaca 3-5 buku. Karena itu pula, bacaan yang aku baca juga hanya numpang lewat sesaat saja di kepalaku dan sekarang aku tak ingat lagi isi buku-buku itu.

      10.   Karaoke lagu campursari
Suaraku memang tidak bagus, bahkan aku tak tau nada. Ah, lupakan. Yang penting gembira. Tanpa dosa aku dan sahabatku dulu suka menyanyikan lagu-lagu campursari yang diputar di radio atau tape recorder. Penyanyi favorit kami dulu adalah Didi Kempot dan Manthous. Beberapa lagunya masih aku ingat sampai sekarang. haha.

      11.   Bergelut dengan melinjo
Di sekitar rumahku, ada banyak pepohonan, termasuk pohon melinjo yang punya nama latin Gnetum gnemon. Saking seringnya melihat pohon ini, aku sampai hafal setiap bagian dan setiap lapis pohon ini.  Setiap hari ibu dan tetanggaku juga selalu mengupas buah melinjo. Ya, upahnya lumayan untuk mendapat sesuap nasi, walaupun upahnya tidak sebanding dengan perjuangannya. Harga jual melinjo lumayan tinggi. Tak heran, jika dulu aku dan adikku, bangun subuh-subuh,  menerobos pagar tetangga, mencari melinjo yang jatuh dari pohon dan hasilnya nanti dijual sekedar untuk jajan. Entah ini termasuk kasus pencurian atau tidak, tapi hampir tiap hari, pas musim melinjo, aku melakukan aktivitas ini.

      12.   Aku suka mandi di sungai
Sebuah sungai cukup besar  dan arus yang cukup deras ada di dekat rumahku. Airnya sudah tak jernih lagi, kadang malah menyerupai susu coklat karena buangan sampah dan limbah. Bahkan seringkali baunya sedikit menusuk, karena limbah dari pabrik gula madukismo. Aku tak peduli berapa banyak bakteri yang ada disitu, berapa banyak racun kimia dan logam beratnya, aku tak peduli walaupun sudah dilarang oleh orang tua, tetap saja aku dan sahabatku nyebur ke sungai, hampir setiap sore. Namanya juga anak kecil berkebutuhan khusus. haha. Tak jarang kami berdua rela mengangkat batang pohon pisang ke jembatan, lalu akan kami anggap itu sebagai kapal, dan kami naiki batang pisang itu hingga ke samping rumah. Pernah pula aku hanyut ke sungai, mungkin dulu salah fokus dan kebetulan alirannya agak deras. Untunglah waktu itu ada tetangga yang melihat dan akhirnya menolongku. Aku bersyukur  Tuhan masih sayang padaku. Aktivitasku di sungai tidak berhenti sampai disitu. Kadang kala, aliran sungai sengaja dikecilkan, kemudian potas (Potasium Sianida) disebar ke dalam sungai. Potas ini dalam kadar tertentu akan membuat ikan dan udang mabuk sehingga mudah ditangkap. Saat itulah, orang-orang sekampung beraksi menangkap ikan dan udang, tak terkecuali aku. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jaring atau besek. Waktu itu aku tidak tahu kalo ternyata potas seberbahaya ini http://jaringanmonitoringkepulauanseribu.blogspot.com/2013/07/potasium-cyanide-potas.html   

      13.   Menghabiskan waktu bersama sahabat kecil
Rindu rasa ini, rindu rasa ingin bertemu dengan sahabat kecilku ini. Dia sekarang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai seorang putra. (aku kapan? :D). Banyak hal-hal manis yang kami lakukan. Bermain rumah-rumahan dan masak-masakan merupakan jenis permainan yang sedikit rempong dan melelahkan. Kami akan membuat sebuah gubuk kecil di samping rumah, berbahan anyaman daun kelapa, karung beras atau, daun pisang, atau apapun yang ada disitu. Kami menggelar tikar di dalamnya kemudian kami tidur. Untuk masak-masakan, kami terlebih dulu mengumpulkan kayu bakar, sedikit minyak tanah, korek api,  batu bata dan genting sebagai tungku. Bahan yang kami masak adalah adonan tanah, bercampur dedaunan dan bunga-bunga yang ada di sekitar rumah. Tak jarang kami dimarahi tetangga karena ketahuan memetik bunga/daun yang ada di halaman rumah. Tak jarang pula kami dimarahi orang tua karena membuat kepulan asap dan membuat kotor . haha.

Kalau kami bosan bermain di luar rumah, kami tak kehabisan akal. Kami akan bermain dandan-dandanan dan guru-guruan. Sebagai perempuan, tentu kami berdua juga menjadi pengamat orang-orang dewasa saat berdandan. Bermodalkan lipstick dan bedak punya orangtua kami sering mencorat-coret wajah kami dengan kedua kosmetik itu. Dan biasanya, ujung-ujungnya kami diketawain sama orang-orang, bahkan mungkin sama ayam. :D. Sweet moment yang lain adalah saat kami mengerjakan PR bareng-bareng. Kalau sudah selesai, kadang kami berakting layaknya guru dan murid, seringnya sih aku yang jadi guru karena aku lebih dulu masuk SD daripada sahabatku ini. Rindunya semakin dalam jika ingat peristiwa-peristiwa ini

     14.   Aku suka main di sawah
Orangtuaku adalah petani kecil dan tentu saja hidupku tak jauh dari sawah. Aku suka berlari-lari di pematang sawah, aku suka membantu orangtuaku menanam padi dan kedelai, memanen padi. Aku tak takut kulitku menjadi hitam, dan hasilnya sekarang, kulitku sudah hitam stabil. haha. Aku sering mencari buah ciplukan jika musim panen kedelai. Rasa buah ini manis dan sedikit wangi.

      15.   Suka bersepeda dan mengambil tebu di sawah orang tanpa izin
Karena kurangnya kontrol oleh orang tua kami, aku dan sahabatku sering bersepeda hingga jauh. Jalan-jalan menantang banyak kita lalui, bahkan gara-gara tidak hati-hati, kami berdua jatuh ke sungai. Dari aktivitas bersepeda itu pula, akhirnya kami menemukan titik-titik persawahan yang ditanami tebu dan potensial untuk kami dalam melancarkan aksi. Keesokan paginya, kami bersiap-siap, bermodalkan sepeda kecil, sebuah pisau, dan seutas tali raffia, kami berboncengan menuju tempat yang kami incar. Setelah melihat keadaan sekeliling aman, kami segera menebangi tebu yang bagus dan matang. Kadang-kadang kami juga ketahuan oleh mandor yang sedang ada di sawah, dan kalau sudah begitu, kami sebaiknya pergi dan mencari lokasi lain. Sekitar 10-15 batang tebu selalu kami bawa pulang dalam sekali perjalanan. Beban tersebut lumayan berat untuk ukuran anak kecil seperti kami. Sesampai dirumah, kami makan tebu haram tersebut sampai mulut pegel. haha.

      16.   Suka lari pagi dan bermain bulutangkis, tapi nangkisnya pakai piring
Kegiatan ini biasanya aku lakukan ketika bulan puasa atau ketika sekolah libur. Sehabis subuhan, aku bersama teman-teman akan lari pagi hingga radius sekitar 1,5 km dari rumah. Setelah itu, biasanya kami bermain bulutangkis. Pada waktu itu, uang saku kami hanya cukup untuk membeli shuttle kok saja. Dengan sangat terpaksa, kami tidak menggunakan raket bermain, tapi kami menggunakan piring makan dari besi, dan net yang kami anyam dari tali raffia. haha. tak apalah, kami sudah cukup gembira waktu itu.

inilah piring pengganti raket :D

      17.   Pantai, pantai, dan pantai!
Jarak 10 km dari pantai, tidak menyurutkan langkahku dan sahabatku untuk berpetualang di pantai-pantai terdekat hingga pantai Parangtritis. Bermodalkan sarapan dan sebuah sepeda, kami berdua menyusuri pantai, dan mandi di tepinya. Kami tak takut jalan yang terjal, kami tak takut sengatan sinar mentari, kami juga tak takut kelelahan. Semua terobati ketika kami sudah melihat deburan ombak yang  kemudian menyapu wajah kami. Sensasinya sungguh luar biasa J

      18.   Belajar bela diri, pohon pisang jadi korban
Aku bercita-cita menjadi atlet, dan oleh karena itu aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, yaitu Pencak Silat Perisai Diri. Saking semangatnya, latihan di sekolah pun aku rasa tidak cukup. Aku mencoba berlatih di rumah. Pada akhirnya aku menemukan target yang sangat ideal, yaitu pohon pisang. haha. Pohon pisang di samping rumah aku pukuli dan aku tendangi untuk memperkuat pukulan tangan dan tendanganku. Alhasil, pohon pisang itu memar-memar, namun masih tetap hidup. Maafkan aku pohon :D

     19.   Suka melompat pagar SD
Lonceng istirahat berbunyi, seperti biasa para murid berhamburan keluar kelas. Beruntunglah, rumahku terletak di pojok belakang SD. Ada jalan pintas yang biasa aku lewati yaitu, lompat pagar. haha. Aku biasa pulang unuk makan di rumah atau mengambil barang yang tertinggal, atau mungkin sekedar leyeh-leyeh mengistirahatkan badan. Sayang sekali sekarang pagar SD itu telah dipertinggi untuk memelihara ketertiban, kenyamanan, dan keamanan para siswa.
   
      20.   Berkreasi dengan janur kuning dan bambu
Sesekali di desaku ada acara hajatan pernikahan. Janur kuning pun dilengkungkan. Pada saat-saat seperti inilah, aku diajari untuk berkreasi membuat mainan dari janur. Berbagai macam benda seperti cambuk, keris, ketupat, gelang, ulat dan bentuk-bentuk lain pernah aku buat dari janur kuning.

salah satu hasil prakarya masa kecil

Selain kreasi dari janur, aku juga sering membuat pistol bambu. Pistol ini terbuat dari bamboo yang diameternya masih sekitar 1-2 cm. Peluru yang digunakan adalah bunga jambu yang belum mekar. Aku dan teman-teman selalu bermain dengan pistol ini jika musim pohon jambu berbunga. Layaknya tentara yang sedang berperang, kami harus menghindari tembakan lawan. Dalam permainan ini, para pemain harus hati-hati karena jika terkena tembakan rasanya lumayan sakit. Tapi ya namanya anak kecil, kami tetap “Wani perih” :D


    21.   Melakukan hal-hal bodoh seperti : menyiram tanaman dengan minyak kayu putih, mencari recehan dan karcis retribusi di pasar, mengejar gerobak sapi
Ah, entahlah ini imajinasi dari mana. Mungkin ini adalah hal-hal konyol yang tak bisa dinalar. Dulu aku berpikir bahwa jika tanaman disiram dengan minyak kayu putih dan disertai dengan doa, tanaman tersebut akan mengeluarkan bau harum. Semua terjadi begitu saja. Aku juga sedikit tak percaya aku pernah melakukan ini.
Perilaku konyol yang kedua adalah mencari recehan dan karcis retribusi di pasar tradisional. Begitu pasar sepi aku dan sahabatku pergi ke pasar, mencari peruntungan, siapa tahu kami menemukan sedikit recehan untuk tambahan uang jajan. Maklum waktu itu masih jaman perjuangan. Beberapa kali kami memang menemukan uang, tak lebih dari seribu dan kami sangat senang usaha kami tidak sia-sia. Tapi toh kalo ternyata kami tidak menemukan uang, kami akan membawa karcis retribusi pasar yang juga kami kumpulkan untuk kami jadikan uang-uangan. haha.
Perilaku tak berguna yang terakhir adalah mengejar gerobak sapi yang sedang lewat di samping rumah. Hasrat kami akan terpuaskan jika kami dapat menyentuh gerobak itu, atau kalau bisa malah sampai naik gerobaknya. Untung jaman dulu tidak ada kasus culik menculik anak. Kalau ada mungkin kami sudah diculik dan entah sekarang ada dimana.


Masa kecil, masa kecil yang seru dan agak cacat. Aku rindu. Masih banyak yang ingin aku tulis, tapi aku terlalu malu untuk menulisnya. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, untuk sahabat kecil dan teman-teman kecilku, yang telah memberikan pengalaman yang begitu menakjubkan. Aku memohon maaf, untuk semua yang mengenalku, untuk semua yang pernah bertemu denganku, jika aku masih membawa kecacatan masa kecilku saat bersamamu dan untuk semua karakterku, hasil bentukan masa kecil yang telah mendarah daging, yang mungkin pernah menyakiti dan menyinggungmu.

Sekarang, di tahun ke-23 ini akan aku tulis kisahku lembar baru. Biarkan beberapa yang suram itu terhapus oleh waktu. Biarkan kini diriku menatap ke depan, menatap jalanku yang terbuka lebar, menjalani hari-hariku yang penuh impian :)

Monday, September 1, 2014

Parodi : Layaknya Bermain Biliard

Billiard dan nyari kerja : sama-sama ada seninya

BILIARD. Ya, baru-baru ini saya gemar melakukannya. Lagi-lagi karena keseloan saya. Bukan itu saja sih, beberapa teman ternyata juga suka bermain billiard. Ya ini yang namanya “tumbu oleh tutup” mungkin ya. Awalnya cuma sekedar coba-coba saja, lama-lama kok ya saya malah semakin tertantang. Duh, selo banget ya saya. Posisi saya sekarang memang sedang dalam proses mencari pekerjaan, melamar sana-sini, menunggu panggilan. Saya masih fresh graduate, walaupun sudah ngga fresh-fresh banget.

Saya sudah memasukkan lamaran ke banyak perusahaan tapi sejauh ini belum ada panggilan, layaknya bermain billiard, saya sudah memukul banyak bola. tapi kok ya ngga masuk-masuk bolanya, padahal ada 6 lubang haha. Sempat saya diajari oleh teman saya yang jago billiard itu, gimana caranya biar bola masuk dengan benar. Dia sempat menjelaskan, bagi seorang pemula, arahkan bola ke lubang termudah  agar kemungkinan bolanya masuk besar. yang perlu diperhatikan adalah lubang yang termudah, belum tentu yang terdekat. Jika lubang di meja billiard itu saya umpamakan sebagai lowongan kerja, maka carilah lowongan kerja yang termudah, dan yang termudah belum tentu yang terdekat. Maksudnya apa? Lowongan kerja untuk bulan-bulan ini memang lumayan banyak. Alangkah baiknya kalo kita memilih lowongan yang kemungkinan besar kita bisa diterima. yaitu yang sesuai kualifikasi pendidikan kita, yang sesuai dengan keterampilan kita dan sayangnya sering yang demikian itu biasanya jauh dari tempat tinggal kita. Bikin galau saja. haha.


Sama kayak bermain billiard, nyari kerja juga ada seninya. Berbagai macam aspek harus diperhatikan. Seperti gambar ini. Setiap titik dalam tubuh kita (posisi kaki, tangan, mata) dan posisi stick, akan mempengaruhi larinya si bola. Nyari kerja juga sama, surat lamaran, cv, dokumen-dokumen, dan setiap aspek dari diri kita juga akan menjadi bahan pertimbangan apakah kita akan diterima atau tidak. 


Selain hal-hal teknis seperti di atas, bermain billiard juga membutuhkan kekuatan mental dan strategi yang bagus. Intinya jangan takut jika bola tidak masuk. Toh kalo bola tidak masuk seenggaknya kita sudah memindahkan bola ke tempat lain, artinya kita masih punya kesempatan. Yakinlah dengan sudut bidik kita. Semakin sering takut maka kecemasan akan terjadi dan sering hal ini menyebabkan konsentrasi hilang. Begitu juga nyari kerja, jangan takut kalau ditolak sama perusahaan, jangan cemas. Masih banyak lubang-lubang dan bola-bola yang lain. Mungkin kita belum sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan, mungkin ada sesuatu hal yang kurang dalam proses kita melamar, atau mungkin kita belum beruntung. Mungkin bidikan kita sudah tepat, tetapi ternyata ada bola lain yang menghalangi perjalanan bola kita.


Dalam billiard, kita dituntut untuk berlatih seperti bertanding dan bertanding seperti berlatih. Dengan mental atau sikap kebiasaan ini maka kita akan terbiasa dengan sikap santai tapi serius dan sebaliknya. Sama, dalam mencari kerja, biar tidak stress baiknya kita bersikap santai tapi serius. Kadang-kadang santai, kadang-kadang serius.haha. Kita harus sabar, teliti, dan konsentrasi. Jangan pernah menganggap remeh bola gampang ataupun lawan kita meskipun di bawah kita. Jangan pernah kesal, kecewa / frustasi dengan keadaan bola dan sikap lawan. Biarkan saja mengalir apa adanya. Tetap semangat. Yang paling penting sebelum memulai pertandingan adalah berdoa.

Ah, apalah saya ini, belum dapet kerja aja uda berani-beraninya nulis kayak gitu. Tapi tak apalah, paling ngga ini jadi motivasi  untuk diri saya dalam mencari kerja, agar saya bisa memasukkan bola-bola itu ke lubang yang benar. layaknya pemain billiard professional :D



Sunday, August 31, 2014

Di balik frase” LULUSAN TERBAIK”

Hakikat kehidupan bukanlah peristiwa-peristiwa besar, melainkan saat keseharian (A.J. Liem Sioe Siet)

Sekitar jam 13.00 WIB. Kalender menunjukkan waktu itu hari Senin, 19 Mei 2014. Seperti biasa, sebagai Asisten Dosen Pendamping Lapangan (ADPL) KKN, saya sedang piket di kantor LPPM UAJY (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Atma Jaya Yogyakarta). Ya, waktu itu saya ingat betul, saya duduk di sofa berwarna kuning menghadap ke timur, sambil memegang (dan sesekali membaca)buku Campbell jilid 2.Terlihat rajin ya? Itu adalah pertama kalinya saya membuka secara pelan-pelan kitab sucinya anak Biologi setelah 3,8 tahun kuliah. Itu pun terpaksa saya lakukan karena saya harus maju olimpiade ke tingkat nasional di Semarang tanggal 22-25 Mei 2014 setelah kebetulan menang di tingkat DIY.

HP bergetar, ternyata telepon dari Wakil Dekan III Fakultas Teknobiologi, sebut saja Bu Indah Murwani. Perasaan saya tidak enak. Setelah menerima telepon, saya jadi  senang dan panik!! Beliau bilang kalau saya terpilih menjadi lulusan terbaik.  Lantas mengapa saya panik? Saya harus membuat naskah pidato (sambutan) sebagai wakil wisudawan dalam waktu kurang dari 48 jam, di samping saya harus mengurus yudisium, rapat ADPL, mempersiapkan wisuda, dan mempersiapkan olimpiade yang kurang beberapa hari lagi. Semua urusan penting itu punya deadline yang sama. it’s a damn day!!!

Tanggal 20 Mei 2014 jam 21.00 barulah saya mulai mengetik naskahnya, waktu itu saya habis makan malam dengan salah seorang teman saya, ya teman. haha. Beruntunglah masih ada satu teman lagi ikut membantu saya. Ya, saya memang sudah tak berdaya lagi untuk berpikir setelah tenaga saya terforsir seharian. Singkat cerita naskah sudah jadi berkat bantuan kedua teman saya itu.

Saya pulang. Di dalam kamar saya merenung sebentar. Saya bersyukur atas anugerah Allah SWT yang sangat luar biasa, di luar dugaan saya. Saya lulusan terbaik? Apakah saya pantas?

Saya bukan mahasiswa baik-baik (?). Maksud saya, saya bukan tipe mahasiswa ber-IP 4 yang selalu menomorsatukan sisi akademik. Kalo IP saya bagus, itu karena saya beruntung, saya sudah menemukan cara belajar saya yang efektif yaitu sistem SKS. haha. Di kelas, saya memang berusaha memperhatikan dosen, tetapi tak jarang saya tidur di kelas, di samping teman saya yang bermain Plant vs Zombie. Saya akui saya tidak pernah terlambat datang ke kelas dosen-dosen tertentu yang menerapkan sistem kunci pintu.  Saya akui saya rajin ke perpustakaan, tapi itu hanya saat semester 1 saja. Lalu mengapa bisa saya yang terpilih? Masih misteri. Mungkin mereka salah pilih. Bisa jadi. haha

Kembali saya merefleksikan perjalanan kuliah saya. Tahun 2010 saya masuk dengan semua kepolosan dan kendesoan saya. Untunglah, keluarga FTB UAJY menerima mahasiswa baru layaknya keluarga, jadi saya tidak merasa terkucilkan. Semester 1 adalah semester terajin saya. Waktu itu saya masih berorientasi pada nilai A. Bahkan ketika itu, saya kecewa karena ada 1 nilai mata kuliah yang mendapat nilai B. Mulai semester 2, saya teracuni oleh berbagai kegiatan yang diadakan oleh Presidium Mahasiswa (Presma) FTB UAJY, Kelompok Studi Biologi (KSB)UAJY, Forum Komunikasi Mahasiswa Islam (Forkomi) UAJY , dan Komunitas PSSB (Program Seleksi Siswa Berprestasi) UAJY. Awalnya sih hanya asal ikut-ikutan aja, semakin lama saya rasa kok ya saya memang butuh kegiatan-kegiatan semacam ini untuk mengurangi kepolosan dan kendesoan saya tadi.

Tuhan pun memberi jalan, entah bagaimana ceritanya waktu itu, semester 3-4 saya akhirnya menjadi pengurus harian di 3 organisasi (sekretaris di Forkomi, KSB, dan PSSB). Saya rasa waktu itu saya cukup nekat menjadi pengurus harian di 2 organisasi pada periode kepengurusan yang sama disamping saya harus mempertahankan IP bagus agar tetap mendapat beasiswa. Ya tau sendiri lah, penghasilan orang tua saya yang bekerja sebagai penarik becak tak mungkin cukup untuk membayar uang kuliah di UAJY (Universitas Anak Jutawan Yogyakarta). Cukup pontang-panting saya menjalankan tugas organisasi dan tugas kuliah yang semakin berat. Untunglah saya dibantu oleh keluarga yang sangat baik hati, keluarga Ir. Tarsisius Sutaryanto, yang menyediakan tempat tinggal dan fasilitas pendukung kuliah untuk saya.

Semester 5-6, merupakan semester terberat yang saya rasakan. Saya nekat mencalonkan diri sebagai ketua Presma, walaupun sebenarnya aku belum cukup merasa mampu diposisi itu, walaupun akhirnya saya kalah dengan rival sekaligus sahabat saya sendiri dan akhirnya saya menjadi wakilmya. Kegiatan di Presma sangat banyak, membuat saya menghabiskan lebih banyak waktu saya di kampus daripada di rumah. Sampai banyak yang bilang saya ini ayam kampus. Lebih gilanya lagi, saya nekat melamar jadi asisten praktikum yang kerjaannya juga seabreg.  Waktu itu sih motivasinya biar ada uang tambahan buat jajan *salahmotivasi*. Semester 7 saya fokus ke skripsi dan KKN, dengan tetap menjadi asisten praktikum. Setelah selesai penelitian saya bergabung dengan korps ADPL 65 yang masih bertugas hingga bulan Agustus 2014. Belum habis semester 8, saya sudah menyelesaikan studi saya. Ini lebih cepat dari yang saya bayangkan. Sungguh di luar ekspektasi saya!

Lalu apa hubungannya, perjalanan kuliah saya, dengan pencapaian saya sebagai lulusan terbaik, dan quote pak Liem Sioe Siet di atas?

Perjalanan kuliah saya di Atma Jaya sungguh luar biasa melelahkan, saya akui. Dalam keseharian, bekerja keras, beradaptasi, bersosialisasi, bernegosiasi, disiplin, mengatur waktu, mengatur prioritas, dan membangun karakter, ternyata bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Selama 3,8 tahun saya belajar tentang itu dari banyak orang-orang hebat yang saya temui selama kuliah, dan saya merasa itu belum cukup. Saya masih harus terus belajar dan belajar. Pencapaian saya sebagai lulusan terbaik, saya anggap sebagai peristiwa besar dalam hidup saya. Saya yakin ini adalah sebuah kebetulan yang bukan kebetulan. Mungkin Tuhan sedang memberikan hadiah buat saya, atau lebih tepatnya memberikan ujian buat saya, agar saya tidak sombong, agar saya tidak lupa diri. Tetapi saya yakin, dibalik apakah itu hadiah atau ujian, saya yakin sesungguhnya Tuhan sedang memberikan pelajaran, bahwa proses hidup yang baik yang dilandasi dengan ketulusan , akan memberikan hasil yang baik.

Teladan mengenai proses kehidupan telah dicontohkan oleh Bapak A.J. Liem Sioe Siet, salah satu tokoh pendiri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Perjalanan beliau membangun UAJY sungguh luar biasa. Saya baru membaca separuh dari memoar yang beliau tulis, tetapi saya sudah dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah sosok yang selalu mengikuti suara hatinya, sederhana, penuh kejujuran, pemberani dan mempunyai semangat pantang menyerah. Beliau berprinsip bahwa karakter, yang merupakan cerminan diri kita sehari-hari, merupakan kunci kehidupan.

Perjalanan selama 3,8 tahun ini, tidak akan pernah saya lupakan karena ini merupakan titik tolak kehidupan saya. Saya menjadi sadar, seperti yang Pak Liem katakan bahwa kehidupan itu adalah sebuah proses. Perjalanan saya selama 3,8 tahun ini lah yang dinamakan kehidupan, bukan pada saat saya terpilih menjadi lulusan terbaik. Predikat lulusan terbaik hanyalah euphoria sesaat, yang nantinya orang akan lupa, bahkan tidak peduli. tetapi keseharian saya, karakter saya, itulah yang akan semua orang kenang. Ya, itulah hakikat kehidupan!

Sebenarnya, tidak ada yang terlalu istimewa dari lulusan terbaik, yang berbeda hanya selempangnya saja :D

Sambutan ini saya sampaikan pada saat wisuda, yang merupakan salah satu peristiwa  besar dalam hidup saya.

SAMBUTAN WAKIL WISUDAWAN
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Periode III Tahun Akademik 2013/2014
31 Mei 2014



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Selamat pagi dan salam sejahtera

Yang kami hormati,
Koordinator Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta
Ketua dan Pengurus Yayasan Slamet Riyadi Yogyakarta
Rektor beserta Para Wakil Rektor
Ketua dan Sekretaris Senat Akademik Universitas
Dekan dan Wakil Dekan Fakultas
Ketua Lembaga, Para Pejabat Struktural, Bapak/Ibu Dosen
Wakil Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Segenap Karyawan di Lingkungan Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Bapak/Ibu Orang Tua Wali Wisudawan/wati
Rekan-rekan Wisudawan/wati Program Sarjana dan Magister
dan hadirin sekalian yang berbahagia

Alhamdulillah, puji dan syukur tentu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah di hari bahagia ini. Pertama-tama, izinkan saya berdiri di hadapan Bapak/Ibu dan hadirin semuanya untuk mewakili teman-teman wisudawan/wisudawati menyampaikan sepatah kata sebagai ungkapan kebahagiaan kami.

Hadirin yang kami hormati,
Hari ini, detik ini, berawal dari sebuah mimpi. Mimpi saya, mimpi kami, dan mungkin juga mimpi Bapak/Ibu. Detik ini, seperti yang Anda lihat adalah sebuah realita. Realita yang menyatakan bahwa kami adalah pemenang atau dalam istilah biologi, kami telah lolos dalam survival of the fittest. Tidak menjadi masalah berapapun IPK kami, berapapun waktu studi kami, apapun fakultas kami, tentulah membutuhkan perjuangan yang luar biasa hingga kami bisa sampai pada hari ini, di tempat ini. ”Nobody said it was easy”, begitulah salah satu lirik lagu.
Hari ini, kami patut bersyukur kepada Tuhan yang masih menjaga kami semua dengan segenap impian-impian besar kami tentang masa depan. Kami patut bersyukur atas ketegaran dan keteguhan yang Tuhan sematkan pada diri kami. Atas apa yang dapat kita raih pada hari ini, kami juga patut berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu selama kami berproses. Terimakasih kepada orang tua kami, kepada keluarga kami, kepada pimpinan universitas, kepada pimpinan fakultas, kepada para dosen, kepada segenap karyawan, kepada teman-teman kami dan kepada pihak-pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Secara khusus, saya secara pribadi ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi saya dan mungkin juga beberapa teman lain untuk mendapatkan beasiswa PSSB sehingga kami bisa belajar di bangku kuliah selama 4 tahun secara gratis. Sungguh merupakan keberuntungan dan saya juga mengapresiasi program-program beasiswa di Atma Jaya yang sangat membantu mahasiswa-mahasiswinya dalam kelancaran studinya.

Bapak/ibu dan teman-teman yang berbahagia,
Hari ini adalah tentang masa depan. Pada awalnya kami bagaikan satu sel sperma yang berusaha untuk menemui sel telur. Penuh perjuangan dalam menghadapi halangan dan rintangan, penuh semangat dalam setiap langkah, walaupun terkadang terasa letih, kami tak pantang menyerah, karena ada satu tujuan yaitu hari ini. Hari ini sang sperma telah bertemu sel telur atau dalam kata lain kami ini telah menjadi bayi dalam kandungan ibu. Kami akan memulai kehidupan kami dari awal lagi. Kami akan lahir ke dunia, dan kami harus menghadapi dunia yang baru bagi kami. Kami masih akan tetap belajar dan terus belajar agar kami bisa menjadi manusia dewasa seutuhnya hingga akhirnya kami dapat mengabdikan diri pada masyarakat sesuai dengan semboyan Serviens in lumine veritatis, melayani dalam cahaya kebenaran

Suatu kebanggaan bagi kami dapat bergabung dalam civitas akademika Universitas Atma Jaya Yogyakarta, sebuah universitas yang unik. Di dalamnya kami dapat menemukan nilai-nilai jiwa yang unggul, inklusif, dan humanis yang terintegrasi dalam keseharian kami. Di dalamnya kami dapat bertemu dengan orang-orang hebat. Di dalamnya kami tumbuh, disiram dengan pengetahuan, dipupuk dengan budi pekerti luhur, dirawat dengan cinta kasih dalam semangat keatmajayaan. Di dalamnya kami dapat bermetamorfosis, dari bentuk kami yang seperti kepompong pada semester awal. Kami diolah, dibimbing, dididik dengan sabar oleh Bapak/Ibu dosen dan karyawan. Di semester pertengahan, kami berubah menjadi ulat yang mungkin berbahaya, kami mulai memberontak mengenai kerasnya kehidupan kampus, dengan sabar Bapak/Ibu dosen dan karyawan tetap menjaga kami, memotivasi kami hingga akhirnya saat ini kami menjadi kupu-kupu yang indah, yang dapat membantu bunga-bunga menghasilkan benih-benih kehidupan baru.

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dengan segenap kekurangan dan kelebihannya, kami yakin akan terus berevolusi. Terus menerus berubah dan berkembang, terus menerus melahirkan generasi-generasi penuh energi yang siap digunakan untuk melakukan perubahan-perubahan di negeri ini. Meminjam istilah dari Raymundus Rikang “Negeri ini belum selesai, bahkan tak perlu selesai. Kitalah, sarjana muda yang kaya akan ide dan gagasan yang brilian, saatnya mengambil peran. Kita harus bersiap menginspirasi, membukakan perspektif baru, menyodorkan kesadaran baru, dan menyalakan harapan menjadi lebih terang”.

Hadirin yang berbahagia,
Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah petualangan.  Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah cerita yang hebat, yang di dalamnya terdapat tawa, tangis, amarah, rasa puas, kecewa, senang, sedih, dan sebagainya. Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah kisah yang mengagumkan, yang di dalamnya terdapat jalinan pertemanan yang indah, atau mungkin tidak. Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah kisah yang penuh konflik. Konflik dengan sesama mahasiswa, konflik dengan dosen, konflik dengan pejabat kampus, atau yang paling sering konflik dengan diri sendiri. Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah kisah yang penuh rasa syukur. Rasa syukur karena dapat mengenal teman-teman, rasa syukur karena dapat mengenal Bapak/Ibu dosen karyawan, dan rasa syukur karena kami mendapat pendidikan yang mungkin tidak didapatkan orang lain. Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah kisah yang penuh cinta, yang di dalamnya kami menemukan makna cinta, menemukan orang-orang yang kami cinta. Perjalanan kami menjadi mahasiswa adalah sebuah panutan. Panutan bagi kami untuk menjalani hari-hari selepas sarjana. Untuk kami pakai di dunia kerja nanti. Untuk kami pakai di masa tua nanti.

Saat ini, adalah hari terakhir kami menjadi mahasiswa, segenap permohonan maaf kami sampaikan sebesar-besarnya atas ucapan, keputusan, tindakan, dan perilaku kami yang kurang berkenan bagi Bapak/Ibu selama kami belajar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Kami juga memohon doa restu kepada bapak ibu agar kita kelak dapat mengemban amanah menjaga nama baik almamater dan menjadi sarjana yang berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk teman-teman wisudawan-wisudawati, marilah kita singsingkan lengan baju kita dan terus berdoa untuk kesuksesan karir dan kehidupan kita di masa depan serta untuk kemajuan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Terimakasih Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan segala kenangan yang ada di sini.
Aku bangga, aku bangga, aku bangga bersamamu, Atma Jaya Yogyakarta


Yogyakarta, 31 Mei 2014
Salam hangat



Astri Asih, S.Si.

Sunday, August 24, 2014

Secarik Cerita Pameran KKN 65 UAJY

Memang manis, manis gula-gula
begitu juga negeri kita tercinta
semuanya ada disini
hidup rukun damai berseri-seri

Ragam umat, umat agamanya
ada Islam, ada Kristen, Hindu, Budha
semuanya ada disini
bersatu di Bhineka Tunggal Ika

Indonesia negara kita tercinta
kita semua wajib menjaganya
jangan sampai kita terpecah belah
oleh pihak lainnya


(Manisnya Negeriku)


Suara merdu dari para sinden dadakan di atas terdengar keras di sekitar Balai Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo dalam acara pameran hasil Kuliah Kerja Nyata 65 Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Acara pameran ini menandai berakhirnya masa KKN dan diadakan sebagai sarana perpisahan dengan warga setempat. Dalam acara pameran ini, ditampilkan berbagai macam produk hasil karya para mahasiswa KKN di 19 pedukuhan di Kecamatan Samigaluh, hiburan rakyat, dan penampilan dari para mahasiswa.


Acara pameran KKN 65 UAJY ini berlangsung selama 1 hari penuh yaitu pada hari Kamis tanggal 24 Juli 2014 bertempat di Balai Desa Pagerjarjo. Acara ini bertema "Bali Desa, Bangun Desa #2". Selain stand pameran dan acara hiburan, acara ini juga dibarengi dengan beberapa kegiatan lain. Pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB, diadakan acara Lokakarya POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) yang ditujukan untuk para pengurus Pengurus Posdaya tiap pedukuhan. Tujuan diadakannya lokakarya ini adalah untuk memantapkan kembali pemahaman warga tentang Posdaya dan sebagai sarana sharing jika ada permasalahan-permasalahan yang ada di Posdaya. Pembicara dalam acara ini adalah Bapak Setyo Purnomo, yang merupakan pengurus Posdaya di tingkat kabupaten (Kulonprogo).  Dalam acara ini disampaikan penjelasan mengenai Posdaya, sistem kerja, cara pengembangan, dan motivasi kepada warga agar Posdaya bisa menjadikan Posdaya sebagai pendorong kesejahteraan dan kemajuan masyarakat pedesaan. Acara ini berlangsung selama 2 jam dan dihadiri oleh 25 orang. Warga sangat antusisias dan merasa sangat terbantu dengan adanya lokakarya ini. Bagi yang belum paham mengenai posdaya bisa buka link tentang POSDAYA 

Acara pameran resmi dibuka oleh Ketua LPPM Bapak Djarot Purbadi dan disaksikan oleh para pejabat pedukuhan, kepala desa, dan kepala kapolsek samigaluh.

Kepala LPPM UAJY membuka acara pameran

Kepala Desa Pagerharjo dan Kapolsek Samigaluh turut hadir dalam acara pameran

Menjelang tengah hari, stand pameran mahasiswa KKN mulai ramai dikunjungi warga, dari anak kecil hingga orang tua, dan para mahasiswa UAJY yang sengaja datang untuk menyaksikan pameran.



Berbagai lagu yang bertema perpisahan dan kenangan selama KKN dinyanyikan oleh para mahasiswa membuat suasana menjadi semakin seru dan haru. 


tetapi ada juga mahasiswa-mahasiswa yang sangat kreatif membuat lagu sendiri yang pada intinya lagu tersebut  mengkritisi kebijakan dan peraturan KKN yang dirasa mempersulit mahasiswa dan kurang relevan jika peraturan tersebut diterapkan di kondisi dan situasi selama KKN
Kalo ga salah ini beberapa penggalan liriknya :

Kau harus cabut semua PT-ku
yang telah hancurkan aku
sakitnya sakitnya
Skripsiku, lebih penting dari prokerku
harusnya kau sadar itu
Askorlap, DPL, ADPL

Sebagai ADPL di waktu itu, saya cukup shock mendengar mereka bernyanyi seperti itu. Apakah benar peraturan dan kebijakan yang dibuat menjadi sangat menyakitkan para peserta KKN seperti itu? Ataukah itu hanya pelampiasan mereka saja setelah sebulan penuh mereka secara terpaksa menjalani aturan yang sebenarnya bertujuan baik? Dari sudut pandang saya, alasan yang kedua lebih masuk akal. LPPM UAJY tentu sudah berkali-kali melaksanakan KKN. Keadaan, kejadian, dan pengalaman di lapangan setiap pelaksanaan KKN tentu menjadi dasar acuan dalam pembuatan peraturan. Peraturan tersebut tentu saja diterapkan untuk kelancaran pelaksanaan KKN, baik untuk peserta, maupun untuk tim pelaksana KKN. Ya, semoga dapat dipahami.

Selain penampilan mahasiswa, hiburan yang berasal dari warga juga ditampilkan. Kesenian Lengger dari Pedukuhan Plono Timur turut memeriahkan acara pameran kali ini. Kesenian lengger diwujudkan dalam tarian yang menceritakan lakon tertentu. Lebih lengkapnya tentang lengger buka link tentang LENGGER.

Kesenian Lengger Tapeng Pedukuhan Plono Timur

Senja telah tiba, masih ada acara yang tak kalah menarik yaitu Lomba Memasak Makanan Non-Beras Antar Pedukuhan. Lomba ini diadakan agar warga masyarakat lebih memahami dan dapat mengolah potensi yang ada di pedukuhan mereka menjadi olahan yang unik serta bernilai jual tinggi. Berbagai macam olahan makanan disajikan dalam lomba ini. Pemenang lomba ini adalah ibu-ibu PKK dari Pedukuhan Plono Barat.

Suasana penilaian lomba masak oleh para juri

Acara pameran juga merupakan salah satu ajang penilaian yang menentukan nilai KKN. Tim Penilai, DPL, dan ADPL akan memberikan penilainnya masing-masing pada setiap kelompok. Menjelang maghrib, panitia pameran sibuk mempersiapkan takjil untuk buka puasa bersama para warga, karena kebetulan pelaksanaan KKN kali ini bertepatan dengan bulan puasa.

Sementara itu, kami para ADPL dan Askorlap bersorak sorai, karena tugas kami sudah hampir selesai..


Malam telah datang, acara pameran pun ditutup dengan pelepasan lampion di lapangan balai desa. Sudah saatnya para peserta KKN dilepas, seperti lampion itu, agar bisa terbang tinggi meraih cita-citanya masing-masing, menjalani kehidupannya masing-masing, tanpa melupakan tanah yang pernah mereka injak saat itu. 



Di sudut lapangan aku tersenyum kecil
Betapa cepat waktu berlalu
Betapa banyak cerita yang ku dapatkan
Begitu banyak kenangan yang kubawa pulang