Sebuah
Catatan tentang Masa Kecil
Kamis, 25 September 2014
Hari ini tepat 23 tahun aku dilahirkan ke
dunia yang indah dan fana ini. Menikmati hiruk pikuknya, tenggelam di dalam
keriuhannya. Sesekali sepertinya aku perlu merenung, mengucap syukur atas
segalanya. Atas perjalanan selama 23 tahun yang sangat luar biasa menakjubkan.
Waktu
itu, katanya sih tanggal 25 September 1991, hari Rabu Legi, untuk pertama
kalinya aku menghirup udara. Aku dilahirkan di rumahku sendiri dengan bantuan
mbah dukun. Aku tak ingat lagi rasanya
keluar dari rahim ibu, walaupun mungkin ibu sendiri masih ingat sakitnya saat
mengeluarkan aku. Aku dirawat dan dibesarkan di bawah cahaya senthir dan gelek.
Katanya sih, setiap subuh aku diajak jalan-jalan oleh ibu, melihat indahnya
cahaya bulan dan bintang, menyusuri tepi sungai dan kadang-kadang sampai ke
sawah yang tak jauh dari rumah. Betapa segarnya udara saat itu, betapa damainya
aku di pelukan ibu.
Tidak
banyak cerita selama pertumbuhanku di usia 1-3 tahun, foto pun tak ada. Mungkin
biasa-biasa saja. Beberapa orang bilang, waktu kecil aku sangat pemalu, atau
lebih tepatnya penakut, apalagi kalau ketemu orang baru. Barulah setelah
berumur 3-4 tahun, aku sedikit ingat tentang diriku sendiri. Aku ingat waktu
itu, aku lebih nge-fans pada ayahku
daripada ibu. Sebagai anak kecil, aku melihat ibuku lebih pendiam dan lebih
galak, ini ga boleh, itu ga boleh. dan aku melihat ayahku sebagai sosok yang
lebih luwes, menyenangkan. Ayahku juga sering memberikan oleh-oleh sehabis pulang
kerja dan aku merindukan oleh-oleh seperti gambar ini..
Masa
TK, masa-masa penuh bully
Memasuki
usia 5 tahun, aku masuk TK, bersama 2 sahabat kecilku, namanya Ika dan Arif,
walaupun mereka kadang sedikit nakal padaku (korban bully dari kecil :D). Aku
masih penakut, dan oleh karenanya aku juga jadi bahan bullian teman-temanku
yang lain. Pernah aku diayun di perahu kayu mainan sampai terguling. Aku hanya
bisa…menangis. haha. Di dalam kelas, aku pun sangat pendiam dan pemalu. Aku
akan menuruti semua perintah Ibu Guru dan juga perintah teman-temanku. haha
Masa
kecilku yang seru baru dimulai
Seru? Ya, bisa dibilang begitu. Bukan karena aku
punya boneka Barbie atau boneka yang lainnya, bukan. Bahkan dulu aku tidak tau
apa itu Barbie. Bukan juga karena main PS, listrik saja tidak ada. Walaupun di
TK masa kecilku agak sedikit mengenaskan, secara keseluruhan masa kecilku tidak
seburuk itu, bahkan bisa dikatakan sangat bahagia. Banyak
petualangan-petualangan masa kecil yang sangat seru. Bahkan aku sendiri tidak
percaya kalau aku sudah melakukanya. Bersama sahabat kecilku, aku sering
beraksi tanpa batas karena kami bukan seperti anak kecil pada umumnya. Begini
ceritanya
1. Cita-citaku
yang pertama adalah ingin jadi POLWAN dan yang kedua adalah jadi ATLET
Ketika ditanya cita-cita, aku sempat bingung, sempat tak
mengerti mau jadi apa aku kalau besar nanti. Karena terus didesak, akhirnya aku
menjawab menjadi Polwan, padahal aku belum pernah bertemu Polwan, tidak paham
juga seluk beluk Polwan. Inspirasiku berasal dari boneka-boneka peraga yang ada
di TK. Polwan tampak berwibawa, tapi ia tetap cantik. Yah, namanya juga boneka.
haha. Beberapa tahun kemudian, cita-citaku menjadi Polwan mulai luntur,
mengingat fisik yang tidak memenuhi standar Polwan. Aku mulai mempunyai
cita-cita baru, yaitu menjadi atlet, karena aku merasa cukup gesit dan lincah
di dalam olahraga. Apa daya, orang-orang di sekitarku tidak sadar akan itu dan
akhirnya tidak ada dukungan serta arahan. Cita-citaku yang kedua juga kandas di
tengah jalan. Lalu sekarang apa cita-citaku? Ah, entahlah arah hidupku jadi
blur. Tiba-tiba takdir membawaku ke saat ini, saat yang penuh kegamangan dan
kegalauan. Semoga saja Tuhan segera menunjukkan jalan.
2.
Makanan
favoritku : intip, nasi krawu, sambel
gepeng
Aku yakin banyak yang tidak tau, atau tidak doyan makanan ini,
tapi makanan ini sangat aku sukai. Intip adalah kerak nasi. Dari jaman dahulu,
keluargaku selalu “ngliwet” nasi menggunakan ketel dengan bahan bakar kayu/daun.
Jelas, karena magic com dan kompor gas belum sampai ke desaku. Karena api yang
menyala tidak stabil, dan cenderung besar, maka gosonglah nasi di dalam ketel. Setelah
nasi yang normal dipindahkan dari ketel, tersisalah kerak nasi yang disebut
intip. Intip ini kemudian disiram dengan kuah sayur lodeh sehingga mudah
terlepas dari ketel. Rasanya luar biasa. Mitos yang mengatakan bahwa intip
membuat anak manjadi bodoh tidak aku hiraukan.
Makanan yang kedua adalah nasi krawu. Nasi krawu adalah
istilah yang aku pakai untuk nasi yang dicampur dengan parutan kelapa. Parutan
kelapa tersebut terlebih dahulu dibumbui dengan bawang dan garam, kemudian
dicampur dengan nasi putih. Walaupun sederhana, entah mengapa, dulu aku suka
banget sama makanan ini.
Sambel gepeng, hehe. Ada yang tau mungkin? ini adalah lauk favorit waktu kecil. Cara
membuatnya cukup mudah. Segenggam kedelai digoreng hingga matang kemudian
kedelai, bawang putih dan garam dihaluskan. Mak nyussss..
3.
Belajar
pakai lampu senthir
Percaya tidak percaya, sejak SD-SMP rumahku belum ada listrik.
Malam hari akan sangat redup, sedangkan siang hari sangat terbatas. Aku
terpaksa belajar dengan penerangan seadanya, yaitu lampu senthir, lampu berbahan bakar minyak tanah
dilengkapi sumbu kain, yang cahayanya pun tak melampaui cahaya lilin. Aku tidak
boleh terlena ketika belajar karena banyak resikonya. Resiko yang paling besar
adalah tumpahnya lampu, berbahaya, bisa berakibat kebakaran. Aku harus pandai
mengatur jarakku dengan lampu. Jika terlalu jauh, tulisan tidak akan terlihat
dan jika terlalu dekat, rambutku akan sering terbakar, dan yang kedua ini
sering terjadi. haha.
lampu senthir
4.
Pernahkah
kamu memakai setrika arang?
Setrika arang sekarang sudah menjadi barang langka, bahkan
lama-lama jadi barang antik. Setrika ini terbuat dari logam semacam campuran besi dan kuningan.Bentuknya mirip
dengan setrika listrik pada umunya, hanya bedanya ia dapat dibuka dan berongga,
tentu saja untuk tempat pembakaran arangnya. Perjuangan menggunakan setrika ini
sangat keras. Aku harus menghidupkan bara api, hingga sebagian arang terbakar.
Resiko bau minyak tanah, tercoreng arang, tersulut setrika sangat mengancam
keselamatanku dan bajuku. Panasnya pun tidak bisa diatur, bisa tiba-tiba turun
sehingga harus ditambah arang dan dikipasi lagi. Keringat pasti bercucuran
karena pancaran panas yang tinggi dari setrika. Percaya atau tidak, seminggu
sekali aku harus menyetrika seragam sekolahku dengan setrika ini.
setrika arang
5.
Tiap
hari nonton TV bareng sama tetangga
Ini adalah sweet moment yang berkesan sampai sekarang.
Walaupun di rumah belum ada listrik, aku rela menggedor pintu tetangga untuk
sekedar menonton doraemon, dragonball, tralala trilili, sailormoon, hingga
sinetron Tersanjung dan Tersayang. Memang rasanya tak sebebas kalau nonton TV
sendiri, tapi ya apa boleh buat. Aku juga tak mau melewatkan masa kecilku dalam
gelapnya malam. Saat pulang dari nonton TV di malam hari, aku berlari kencang
karena takut, karena rumahku dikelilingi kebun yang luas dan gelap. haha.
6.
Tiap
hari main sama teman-teman sekampung
Banyak permainan yang aku mainkan, dan sering aku merindukan
momen-momen ini. Bermain bola bekel seolah sudah menjadi tren waktu SD. Skill yang aku punya dalam permainan ini
lumayan bagus. Permainan Gatheng juga tidak kalah menarik. Permainan ini mirip
dengan bola bekel, bedanya yang digunakan adalah kerikil yang hampir sama
ukurannya. Permainan ini, hemat, ekonomis, dan membuat tanganku sakit (saking
seringnya aku berlatih). Bermain kasti,
layang-layang, kejar-kejaran, petak umpet, sundamanda, boy-boyan, gobag sodor,
egrang, dan kelereng sudah menjadi makanan sehari-hari. Setiap malam aku merasa
sangat lelah karena aku terlalu bersemangat bermain. Menyenangkan!
egrang
7.
Anak yang
cengeng dan penakut
Di balik kerianganku sebagai anak kecil, mungkin aku adalah
anak tercengeng yang pernah ada di dunia ini. Suatu hal kecil yang sebenarnya
tidak membuat anak lain menangis pun, akhirnya bisa membuat aku menangis. Pernah
suatu hari aku pipis di kelas, karena aku tidak berani minta izin ke Bu Guru. Yang
lebih keterlaluan lagi, pada saat upacara bendera. Seperti biasa, Bu Guru
mengatur barisan. Aku berdiri di baris paling belakang, dan di sampingku tidak
ada orang. Saat itu, aku merasa dikucilkan dan aku menangis sesenggukan. Aku
tak habis pikir. Yang lebih parah lagi, cuma gara-gara di-cieee-in karena aku pakai tas baru, bisa-bisanya aku menangis.
Mungkin ada yang salah dengan jiwaku hahaha.
8.
Suka
berburu dan menangkap hewan-hewan tak berdosa seperti laron, capung, kupu-kupu,
dan kunang-kunang
Pagi hari sehabis hujan, bau tanah segar membangunkanku.
Pagiku disambut oleh kepakan 4 sayap para laron yang keluar dari tempat
persembunyiannya. Perburuan laron pun dimulai. Bermodalkan plastik dan tangan
kosong aku pun mulai berkejaran dengan laron-laron itu. Aku berlari-lari hingga
ke kebun tetangga, ke jalan, demi mendapatkan segenggam laron. Setelah
terkumpul, laron-laron itu pun digoreng untuk santapan pagi. Lezat dan Bergizi!
:D
Capung dan kupu-kupu juga sering menjadi target incaran
perburuan. Hewan-hewan ini tentu tidak untuk dimakan, tetapi untuk dinikmati
keindahannya. Biasanya sih, aku membuat alat penangkap dari plastik dan kayu.
Jika sudah tertangkap, hewan ini aku masukkan ke dalam plastik/botol, aku lihat
hingga akhirnya mereka mati. haha. jahat ya? Kunang-kunang menjadi target perburuan di malam hari. Hewan
ini sangat menarik, apalagi untuk anak kecil. Kunang-kunang ini pada akhirnya
bernasib sama seperti capung dan kupu-kupu.
9.
Aku
suka membaca buku
Ada saatnya aku punya hobi baru, membaca buku, terutama novel
dan cerita rakyat. Aku menerapkan model membaca cepat sehingga dalam satu hari
aku bisa membaca 3-5 buku. Karena itu pula, bacaan yang aku baca juga hanya
numpang lewat sesaat saja di kepalaku dan sekarang aku tak ingat lagi isi
buku-buku itu.
10.
Karaoke
lagu campursari
Suaraku memang tidak bagus, bahkan aku tak tau nada. Ah,
lupakan. Yang penting gembira. Tanpa dosa aku dan sahabatku dulu suka
menyanyikan lagu-lagu campursari yang diputar di radio atau tape recorder.
Penyanyi favorit kami dulu adalah Didi Kempot dan Manthous. Beberapa lagunya
masih aku ingat sampai sekarang. haha.
11.
Bergelut
dengan melinjo
Di sekitar rumahku, ada banyak pepohonan, termasuk pohon
melinjo yang punya nama latin Gnetum
gnemon. Saking seringnya melihat pohon ini, aku sampai hafal setiap bagian
dan setiap lapis pohon ini. Setiap hari ibu dan tetanggaku juga selalu
mengupas buah melinjo. Ya, upahnya lumayan untuk mendapat sesuap nasi, walaupun
upahnya tidak sebanding dengan perjuangannya. Harga jual melinjo lumayan
tinggi. Tak heran, jika dulu aku dan adikku, bangun subuh-subuh, menerobos pagar tetangga, mencari melinjo
yang jatuh dari pohon dan hasilnya nanti dijual sekedar untuk jajan. Entah ini
termasuk kasus pencurian atau tidak, tapi hampir tiap hari, pas musim melinjo,
aku melakukan aktivitas ini.
12.
Aku
suka mandi di sungai
Sebuah sungai cukup besar dan arus yang cukup deras ada di dekat rumahku.
Airnya sudah tak jernih lagi, kadang malah menyerupai susu coklat karena
buangan sampah dan limbah. Bahkan seringkali baunya sedikit menusuk, karena
limbah dari pabrik gula madukismo. Aku tak peduli berapa banyak bakteri yang
ada disitu, berapa banyak racun kimia dan logam beratnya, aku tak peduli
walaupun sudah dilarang oleh orang tua, tetap saja aku dan sahabatku nyebur ke
sungai, hampir setiap sore. Namanya juga anak kecil berkebutuhan khusus. haha. Tak
jarang kami berdua rela mengangkat batang pohon pisang ke jembatan, lalu akan
kami anggap itu sebagai kapal, dan kami naiki batang pisang itu hingga ke
samping rumah. Pernah pula aku hanyut ke sungai, mungkin dulu salah fokus dan
kebetulan alirannya agak deras. Untunglah waktu itu ada tetangga yang melihat
dan akhirnya menolongku. Aku bersyukur
Tuhan masih sayang padaku. Aktivitasku di sungai tidak berhenti sampai
disitu. Kadang kala, aliran sungai sengaja dikecilkan, kemudian potas (Potasium
Sianida) disebar ke dalam sungai. Potas ini dalam kadar tertentu akan membuat
ikan dan udang mabuk sehingga mudah ditangkap. Saat itulah, orang-orang
sekampung beraksi menangkap ikan dan udang, tak terkecuali aku. Penangkapan
dilakukan dengan menggunakan jaring atau besek. Waktu itu aku tidak tahu kalo
ternyata potas seberbahaya ini http://jaringanmonitoringkepulauanseribu.blogspot.com/2013/07/potasium-cyanide-potas.html
13.
Menghabiskan
waktu bersama sahabat kecil
Rindu rasa ini, rindu rasa ingin bertemu dengan sahabat
kecilku ini. Dia sekarang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai seorang putra.
(aku kapan? :D). Banyak hal-hal manis yang kami lakukan. Bermain rumah-rumahan
dan masak-masakan merupakan jenis permainan yang sedikit rempong dan
melelahkan. Kami akan membuat sebuah gubuk kecil di samping rumah, berbahan
anyaman daun kelapa, karung beras atau, daun pisang, atau apapun yang ada
disitu. Kami menggelar tikar di dalamnya kemudian kami tidur. Untuk
masak-masakan, kami terlebih dulu mengumpulkan kayu bakar, sedikit minyak
tanah, korek api, batu bata dan genting
sebagai tungku. Bahan yang kami masak adalah adonan tanah, bercampur dedaunan
dan bunga-bunga yang ada di sekitar rumah. Tak jarang kami dimarahi tetangga
karena ketahuan memetik bunga/daun yang ada di halaman rumah. Tak jarang pula
kami dimarahi orang tua karena membuat kepulan asap dan membuat kotor . haha.
Kalau kami bosan bermain di luar rumah, kami tak kehabisan
akal. Kami akan bermain dandan-dandanan dan guru-guruan. Sebagai perempuan,
tentu kami berdua juga menjadi pengamat orang-orang dewasa saat berdandan. Bermodalkan
lipstick dan bedak punya orangtua kami sering mencorat-coret wajah kami dengan
kedua kosmetik itu. Dan biasanya, ujung-ujungnya kami diketawain sama
orang-orang, bahkan mungkin sama ayam. :D. Sweet moment yang lain adalah saat
kami mengerjakan PR bareng-bareng. Kalau sudah selesai, kadang kami berakting
layaknya guru dan murid, seringnya sih aku yang jadi guru karena aku lebih dulu
masuk SD daripada sahabatku ini. Rindunya semakin dalam jika ingat
peristiwa-peristiwa ini
14.
Aku
suka main di sawah
Orangtuaku adalah petani kecil dan tentu saja hidupku tak jauh
dari sawah. Aku suka berlari-lari di pematang sawah, aku suka membantu
orangtuaku menanam padi dan kedelai, memanen padi. Aku tak takut kulitku
menjadi hitam, dan hasilnya sekarang, kulitku sudah hitam stabil. haha. Aku
sering mencari buah ciplukan jika musim panen kedelai. Rasa buah ini manis dan
sedikit wangi.
15.
Suka bersepeda
dan mengambil tebu di sawah orang tanpa izin
Karena kurangnya kontrol oleh orang tua kami, aku dan
sahabatku sering bersepeda hingga jauh. Jalan-jalan menantang banyak kita
lalui, bahkan gara-gara tidak hati-hati, kami berdua jatuh ke sungai. Dari
aktivitas bersepeda itu pula, akhirnya kami menemukan titik-titik persawahan
yang ditanami tebu dan potensial untuk kami dalam melancarkan aksi. Keesokan
paginya, kami bersiap-siap, bermodalkan sepeda kecil, sebuah pisau, dan seutas
tali raffia, kami berboncengan menuju tempat yang kami incar. Setelah melihat
keadaan sekeliling aman, kami segera menebangi tebu yang bagus dan matang. Kadang-kadang
kami juga ketahuan oleh mandor yang sedang ada di sawah, dan kalau sudah
begitu, kami sebaiknya pergi dan mencari lokasi lain. Sekitar 10-15 batang tebu
selalu kami bawa pulang dalam sekali perjalanan. Beban tersebut lumayan berat
untuk ukuran anak kecil seperti kami. Sesampai dirumah, kami makan tebu haram
tersebut sampai mulut pegel. haha.
16.
Suka
lari pagi dan bermain bulutangkis, tapi nangkisnya pakai piring
Kegiatan ini biasanya aku lakukan ketika bulan puasa atau
ketika sekolah libur. Sehabis subuhan, aku bersama teman-teman akan lari pagi
hingga radius sekitar 1,5 km dari rumah. Setelah itu, biasanya kami bermain
bulutangkis. Pada waktu itu, uang saku kami hanya cukup untuk membeli shuttle kok
saja. Dengan sangat terpaksa, kami tidak menggunakan raket bermain, tapi kami
menggunakan piring makan dari besi, dan net yang kami anyam dari tali
raffia. haha. tak apalah, kami sudah cukup gembira waktu itu.
inilah piring pengganti raket :D
17.
Pantai,
pantai, dan pantai!
Jarak 10 km dari pantai, tidak menyurutkan langkahku dan
sahabatku untuk berpetualang di pantai-pantai terdekat hingga pantai
Parangtritis. Bermodalkan sarapan dan sebuah sepeda, kami berdua menyusuri
pantai, dan mandi di tepinya. Kami tak takut jalan yang terjal, kami tak takut
sengatan sinar mentari, kami juga tak takut kelelahan. Semua terobati ketika
kami sudah melihat deburan ombak yang kemudian
menyapu wajah kami. Sensasinya sungguh luar biasa J
18.
Belajar
bela diri, pohon pisang jadi korban
Aku bercita-cita menjadi atlet, dan oleh karena itu aku
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, yaitu Pencak Silat Perisai Diri. Saking semangatnya,
latihan di sekolah pun aku rasa tidak cukup. Aku mencoba berlatih di rumah.
Pada akhirnya aku menemukan target yang sangat ideal, yaitu pohon pisang. haha.
Pohon pisang di samping rumah aku pukuli dan aku tendangi untuk memperkuat
pukulan tangan dan tendanganku. Alhasil, pohon pisang itu memar-memar, namun
masih tetap hidup. Maafkan aku pohon :D
19.
Suka
melompat pagar SD
Lonceng istirahat berbunyi, seperti biasa para murid
berhamburan keluar kelas. Beruntunglah, rumahku terletak di pojok belakang SD.
Ada jalan pintas yang biasa aku lewati yaitu, lompat pagar. haha. Aku biasa
pulang unuk makan di rumah atau mengambil barang yang tertinggal, atau mungkin
sekedar leyeh-leyeh mengistirahatkan badan. Sayang sekali sekarang pagar SD itu
telah dipertinggi untuk memelihara ketertiban, kenyamanan, dan keamanan para
siswa.
20.
Berkreasi
dengan janur kuning dan bambu
Sesekali di desaku ada acara hajatan pernikahan. Janur kuning
pun dilengkungkan. Pada saat-saat seperti inilah, aku diajari untuk berkreasi
membuat mainan dari janur. Berbagai macam benda seperti cambuk, keris, ketupat,
gelang, ulat dan bentuk-bentuk lain pernah aku buat dari janur kuning.
salah satu hasil prakarya masa kecil
Selain kreasi dari janur, aku juga sering membuat pistol
bambu. Pistol ini terbuat dari bamboo yang diameternya masih sekitar 1-2 cm. Peluru
yang digunakan adalah bunga jambu yang belum mekar. Aku dan teman-teman selalu
bermain dengan pistol ini jika musim pohon jambu berbunga. Layaknya tentara
yang sedang berperang, kami harus menghindari tembakan lawan. Dalam permainan
ini, para pemain harus hati-hati karena jika terkena tembakan rasanya lumayan
sakit. Tapi ya namanya anak kecil, kami tetap “Wani perih” :D
21.
Melakukan
hal-hal bodoh seperti : menyiram tanaman dengan minyak kayu putih, mencari recehan
dan karcis retribusi di pasar, mengejar gerobak sapi
Ah, entahlah ini imajinasi dari mana. Mungkin ini adalah hal-hal
konyol yang tak bisa dinalar. Dulu aku berpikir bahwa jika tanaman disiram
dengan minyak kayu putih dan disertai dengan doa, tanaman tersebut akan
mengeluarkan bau harum. Semua terjadi begitu saja. Aku juga sedikit tak percaya
aku pernah melakukan ini.
Perilaku konyol yang kedua adalah mencari recehan dan karcis
retribusi di pasar tradisional. Begitu pasar sepi aku dan sahabatku pergi ke
pasar, mencari peruntungan, siapa tahu kami menemukan sedikit recehan untuk
tambahan uang jajan. Maklum waktu itu masih jaman perjuangan. Beberapa kali
kami memang menemukan uang, tak lebih dari seribu dan kami sangat senang usaha
kami tidak sia-sia. Tapi toh kalo ternyata kami tidak menemukan uang, kami akan
membawa karcis retribusi pasar yang juga kami kumpulkan untuk kami jadikan
uang-uangan. haha.
Perilaku tak berguna yang terakhir adalah mengejar gerobak
sapi yang sedang lewat di samping rumah. Hasrat kami akan terpuaskan jika kami
dapat menyentuh gerobak itu, atau kalau bisa malah sampai naik gerobaknya.
Untung jaman dulu tidak ada kasus culik menculik anak. Kalau ada mungkin kami
sudah diculik dan entah sekarang ada dimana.
Masa
kecil, masa kecil yang seru dan agak cacat. Aku rindu. Masih banyak yang ingin
aku tulis, tapi aku terlalu malu untuk menulisnya. Aku hanya ingin mengucapkan
terimakasih, untuk sahabat kecil dan teman-teman kecilku, yang telah memberikan
pengalaman yang begitu menakjubkan. Aku memohon maaf, untuk semua yang
mengenalku, untuk semua yang pernah bertemu denganku, jika aku masih membawa
kecacatan masa kecilku saat bersamamu dan untuk semua karakterku, hasil
bentukan masa kecil yang telah mendarah daging, yang mungkin pernah menyakiti
dan menyinggungmu.
Sekarang,
di tahun ke-23 ini akan aku tulis kisahku lembar baru. Biarkan beberapa yang
suram itu terhapus oleh waktu. Biarkan kini diriku menatap ke depan, menatap
jalanku yang terbuka lebar, menjalani hari-hariku yang penuh impian :)